Sabtu 05 Jun 2021 15:58 WIB

Pakar PBB: Taliban Masih Saja Lakukan Kekerasan Hingga 2021

PBB menilai Taliban tidak menunjukkan iktikad baik perdamaian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nashih Nashrullah
PBB menilai Taliban tidak menunjukkan iktikad baik perdamaian. Ilustrasi taliban
Foto: google.com
PBB menilai Taliban tidak menunjukkan iktikad baik perdamaian. Ilustrasi taliban

REPUBLIKA.CO.ID,  KABUL -- Para pakar PBB mengumumkan laporan baru tentang kekerasan Taliban yang masih berlangsung hingga 2021. 

Menurut PBB, pemberontak Taliban tidak menunjukkan tanda-tanda pengurangan tingkat kekerasan di Afghanistan guna memfasilitasi negosiasi damai dengan pemerintah.

Baca Juga

PBB menilai, Taliban justru berusaha memperkuat posisi militer mereka sebagai pengungkit yang dilihat dengan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 2020 kemudian berlanjut hingga 2021. Panel ahli PBB mengatakan, Taliban dilaporkan bertanggung jawab atas sebagian besar pembunuhan yang telah menjadi ciri kekerasan di Afghanistan. 

Ciri tersebut di antaranya yang menargetkan pejabat pemerintah, perempuan, pembela hak asasi manusia, dan jurnalis. "Serangan-serangan ini tampaknya dilakukan dengan tujuan melemahkan kapasitas pemerintah dan mengintimidasi masyarakat sipil," kata laporan PBB, seperti dilansir laman Al Arabiya English, Sabtu (5/6).

Dalam laporan setebal 22 halaman kepada Dewan Keamanan PBB, panel tersebut mengatakan penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO pada 11 September akan menantang pasukan Afghanistan dengan membatasi operasi udara dengan lebih sedikit drone dan kemampuan radar dan pengawasan, lebih sedikit dukungan logistik dan artileri, serta gangguan dalam pelatihan.

Taliban digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan pada 2001 oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat karena menyembunyikan Osama bin Laden, arsitek serangan 11 September.

Kesepakatan damai yang ditengahi Washington dengan Taliban dan ditandatangani pada Februari 2020 bertujuan untuk membawa pulang pasukan Amerika Serikat dan mengakhiri lebih dari empat dekade perang tanpa henti setelah invasi Afghanistan 1979 oleh pasukan dari bekas Uni Soviet. Negosiasi antara Taliban dan perwakilan Afghanistan dimulai September lalu di Doha, Qatar, dan berlanjut awal tahun ini.

 

Sumber: alarabiya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement