Senin 07 Jun 2021 13:38 WIB

Kebijakan China Pangkas Kelahiran Etnis Muslim Uighur

Kebijakan China diperkirakan memangkas hingga 4,5 juta kelahiran Muslim Uighur

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Sekelompok perempuan dari etnis minoritas Muslim Uighur di Kota Aksu, Daerah Otonomi Xinjiang, China, memainkan alat musik tradisional, Kamis (22/4/2021), sebagai salah satu kegiatan rutin sore hari. Mereka menari dengan diiringi pemusik dari komunitasnya.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Sekelompok perempuan dari etnis minoritas Muslim Uighur di Kota Aksu, Daerah Otonomi Xinjiang, China, memainkan alat musik tradisional, Kamis (22/4/2021), sebagai salah satu kegiatan rutin sore hari. Mereka menari dengan diiringi pemusik dari komunitasnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kebijakan Pemerintah China untuk mengendalikan angka kelahiran, dapat memangkas antara 2,6 juta hingga 4,5 juta kelahiran etnis Muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya di Xinjiang dalam 20 tahun. Berdasarkan laporan dari peneliti Jerman, Adrian Zenz, jumlah tersebut mencapai sepertiga dari populasi minoritas yang diproyeksikan di kawasan itu.

Data resmi menunjukkan, tingkat kelahiran telah turun 48,7 persen antara  2017 dan 2019. Penelitian oleh Zenz adalah analisis peer-review pertama dari dampak populasi jangka panjang dari tindakan keras Beijing di wilayah Xinjiang. 

Baca Juga

"Ini (penelitian dan analisis) benar-benar menunjukkan maksud di balik rencana jangka panjang pemerintah China untuk populasi Uighur," kata Zenz kepada Reuters.

Pemerintah China belum mengumumkan target resmi apapun untuk mengurangi angka kelahiran etnis Uighur dan etnis minoritas lainnya di Xinjiang. Namun, berdasarkan analisis data kelahiran resmi, proyeksi demografis, dan rasio etnis yang diusulkan akademisi dan pejabat China, Zenz memperkirakan kebijakan Beijing dapat meningkatkan populasi Tionghoa Han yang dominan di Xinjiang selatan menjadi sekitar 25 persen dari 8,4 persen saat ini.

"Tujuan ini hanya dapat dicapai jika mereka melakukan apa yang telah mereka lakukan, yang secara drastis menekan angka kelahiran (Uighur)," kata Zenz, yang merupakan seorang peneliti independen dari Victims of Communism Memorial Foundation.

China sebelumnya mengatakan, penurunan tingkat kelahiran etnis minoritas saat ini disebabkan penerapan penuh kuota kelahiran yang ada di kawasan itu, serta faktor pembangunan. Hal itu termasuk peningkatan pendapatan per kapita, dan akses yang lebih luas ke layanan keluarga berencana.

"Yang disebut genosida di Xinjiang adalah omong kosong belaka. Ini manifestasi dari motif tersembunyi pasukan anti-China di Amerika Serikat dan Barat dan manifestasi dari mereka yang menderita Sinofobia," kata Kementerian Luar Negeri China kepada Reuters dalam sebuah pernyataan. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement