Rabu 09 Jun 2021 07:41 WIB

Israel Izinkan Ekstremis Kanan Pawai Pendudukan Yerusalem

Kelompok Hamas memperingatkan, pawai hanya akan memicu permusuhan baru.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Palestina bentrok dengan petugas polisi Israel saat kunjungan anggota sayap kanan Knesset Israel ke lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, Senin, 10 Mei 2021.
Foto: AP/Sebastian Scheiner
Warga Palestina bentrok dengan petugas polisi Israel saat kunjungan anggota sayap kanan Knesset Israel ke lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, Senin, 10 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para pejabat Israel mengatakan, mereka akan mengizinkan kelompok sayap kanan melakukan pawai di Kota Tua, Yerusalem pada pekan depan dalam kondisi tertentu. Hal ini diungkapkan sehari setelah polisi melarang acara pawai karena khawatir akan kembali menimbulkan konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina di Gaza.

Beberapa kelompok sayap kanan Israel telah merencanakan prosesi pengibaran bendera melalui Gerbang Damaskus Kota Tua, dan masuk ke kawasan Muslim pada Kamis (10/6) mendatang. Kelompok Hamas di Gaza memperingatkan, jika pawai tetap berlangsung maka akan ada permusuhan baru.

Baca Juga

Sebelumnya, kelompok sayap kanan membatalkan pawai setelah polisi menolak izin mereka. Pawai Bendera dilakukan untuk merayakan penaklukan Yerusalem Timur oleh pasukan pendudukan Zionis pada 1967. Dalam pawai tersebut, para anggota sayap kanan akan meneriakkan "kematian bagi orang Arab" dan menyanyikan lagu rasialis serta lagu-lagu yang sangat ofensif.

Setelah pertemuan kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa (8/6), kantor perdana menteri mengatakan, para menteri telah sepakat bahwa pawai bisa diadakan minggu depan jika penyelenggara dan polisi mencapai kesepakatan. Masalah utama dari pawai tersebut adalah rute yang akan dilalui.

"Pawai akan berlangsung Selasa mendatang (15 Juni) dalam format yang akan disepakati antara polisi dan penyelenggara parade," kata pernyataan dari kantor Netanyahu.

Netanyahu menghadapi episode terakhir kekuasaannya. Legislatif Israel dijadwalkan untuk memberikan suara pada akhir pekan ini. Apabila legislatif menyetujui pembentukan pemerintahan baru, maka Netanyahu harus mundur dari jabatannya setelah 12 tahun berkuasa. Sementara, jika Netanyahu mundur maka keputusan untuk melanjutkan pawai ada di tangan calon perdana menteri Naftali Bennett dan mitranya Yair Lapid.

Anggota parlemen sayap kanan Itamar Ben-Gvir menolak penundaan pawai. Menurutnya, menunda pawai sama saja dengan menyerah kepada Hamas. Dalam cicitannya di Twitter, Ben-Gvir bersikukuh bahwa pawai akan tetap berlangsung pada Kamis mendatang di Kota Tua, Yerusalem.

Ketegangan di Yerusalem kemungkinan akan tetap tinggi, terlepas dari apakah pawai tersebut akan dilanjutkan atau tidak. Protes telah berkobar di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan tersebut menghadapi kemungkinan penggusuran setelah pengadilan Israel menerima klaim tanah pemukim Yahudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement