Kamis 10 Jun 2021 02:58 WIB

Perlunya Peran Ahli Ekonomi Islam dalam Pemulihan Ekonomi

Perlunya Peran Ahli Ekonomi Islam dalam Pemulihan Ekonomi Nasional dan Global

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Muhammad Hafil
Perlunya Peran Ahli Ekonomi Islam dalam Pemulihan Ekonomi  . FOto: Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: Islamitijara.com
Perlunya Peran Ahli Ekonomi Islam dalam Pemulihan Ekonomi . FOto: Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) diharapkan lebih berperan dalam menyumbangkan pemikiran-pemikiran untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan global. Ketua Umum IAEI, Sri Mulyani mengatakan tantangan kedepan akan terus meningkat sehingga para ahli ekonomi Islam diminta terus berperan aktif dalam berkontribusi melahirkan ide dan terobosan bagi kemajuan ekonomi.

"Ketidakmerataan pemulihan ekonomi di tingkat global menjadi tantangan kita semua, sehingga para ahli ekonomi Islam harus menyumbangkan ide pemikiran, tentu dari konteks ekonomi syariah," katanya dalam Halal Bihalal IAEI yang digelar virtual, Rabu (9/6).

Baca Juga

Sri mengatakan sebagian negara sudah mulai bangkit dari pandemi sementara banyak lainnya masih tertinggal. Ada juga yang kembali terpuruk setelah sempat mengalami perbaikan, seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan lainnya.

Sejumlah negara juga tidak bisa mengakses vaksin sehingga pemulihan ekonomi menuju fase normal menjadi sangat tidak merata. Sri mengatakan Indonesia harus mewaspadai segala kemungkinan yang mungkin terjadi untuk menyesuaikan kebijakan di sisi fiskal juga moneter.

"Maka dari itu saya berharap semua ahli ekonomi Islam memahami konteks ekonomi global dan nasional sehingga bisa terus menyumbangkan pemikiran yang bisa betul-betul menjawab persoalan ekonomi Indonesia, dan menekankan pada aspek nilai keislaman," katanya.

Dari sisi APBN sendiri, Sri mengatakan komitmen kuat pemerintah untuk penanganan Covid-19 mencapai Rp 700 triliun tahun ini. Setelah tahun lalu realisasinya mencapai Rp 580 triliun. Tahun ini, sebagian besar dialokasikan untuk kesehatan, seperti pembelian vaksin dan penanganan Covid-19 masyarakat yang mencapai Rp 175 triliun.

Selain itu, untuk bantuan sosial serta dukungan ke sektor UMKM. Pemerintah juga fokus pada pemulihan di sektor padat karya dan pembangunan infrastruktur. Kemudian, dukungan pada sektor yang terpukul sangat keras karena pandemi, seperti pariwisata, perdagangan, dan transportasi.

Pada kesempatan tersebut, Sri meminta anggota IAEI dan pengurus untuk terus berkomitmen kuat pada program-program yang telah dirancang. Segala kegiatan harus dilaksanakan dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan dan mengedepankan optimalisasi tujuan kegiatan.

Wakil Ketua Umum VI DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Irfan Syauqi Beik menambahkan, sejumlah program IAEI telah terlaksana sesuai rencana. Seperti sinergi dengan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) terkait standarisasi program studi S1 untuk ekonomi dan keuangan syariah.

Selain itu, beberapa upaya kolaborasi dan harmonisasi di bidang riset, teknis kerangka ekonomi syariah, industri halal, hingga teknologi 4.0 untuk industri syariah. Kemudian, program penguatan di sisi gerakan nasional wakaf bersama dengan rancangan penguatan literasi dan edukasi secara menyeluruh.

"Kita juga akan menjadi tuan rumah di sejumlah acara internasional yang memungkinkan kita memahami dinamika pasar internasional, sehingga Indonesia bisa meningkatkan peran baik dari sisi pemikiran, fatwa, yang bisa berpengaruh pada dunia internasional," katanya.

Jadi, Indonesia tidak hanya sebagai konsumen fatwa tapi juga mempengaruhi perumusan fatwa. Peran ini kemudian juga akan dapat meluas hingga ke sisi teknis kegiatan ekonomi dan keuangan syariah secara global. Irfan berharap momentum ini dimanfaatkan semua pihak untuk menawarkan gagasan-gagasan terbaiknya yang dapat bermanfaat tidak hanya secara nasional tapi juga global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement