Kamis 10 Jun 2021 13:59 WIB

Ratusan Ledakan Radio Cepat Terdeteksi di Luar Angkasa

Asal usul ledakan radio cepat ini masih misterius.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta (ilustrasi).
Foto: www.kaheel7.com
Alam semesta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan ledakan radio cepat yang misterius telah terdeteksi di luar angkasa berkat teleskop dari Kanada dan kelompok peneliti internasional. Asal usul kilatan cahaya terang sepanjang milidetik ini tidak diketahui karena semburannya atau FRB, tidak dapat diprediksi dan menghilang dengan cepat. 

Para ilmuwan pertama kali mengamati pada 2007. Dalam dekade berikutnya, mereka hanya mengamati sekitar 140 ledakan di seluruh alam semesta. 

Baca Juga

“Hal tentang FRB adalah sangat sulit ditangkap. Anda harus mengarahkan teleskop radio ke tempat yang tepat dan waktu yang tepat dan tidak dapat memprediksi di mana atak kapan itu terjadi,” ujar Kiyoshi Masui, asisten profesor fisika di MIT dan anggota Institut Kavli dalam Penelitian Astrofisika dan Luar Angkasa.

Menurut Masui, kebanyakan teleskop radio hanya melihat sepetak langit seukuran bulan pada waktu tertentu. Ini mengartikan bahwa sebagian besar FRB tidak terlihat. 

Namun, itu semua berubah ketika teleskop CHIME, yang terletak di Observatorium Astrofisika Radio Dominion di British Columbia, Kanada, mulai menerima sinyal radio pada 2018 selama tahun pertama operasinya.

Teleskop radio stasioner, yang disebut sebagai Eksperimen Pemetaan Intensitas Hidrogen Kanada, mendeteksi 535 ledakan radio cepat baru antara 2018 dan 2019.

Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk membuat katalog CHIME dari ledakan radio cepat, yang dipresentasikan pada Pertemuan Masyarakat Astronomi Amerika ke-238, sebuah peristiwa yang terjadi secara virtual. Katalog tidak hanya memperluas jumlah ledakan radio cepat yang diketahui, tetapi juga memperluas informasi yang tersedia tentang lokasi dan propertinya. 

Sementara sebagian besar ledakan radio cepat terjadi hanya sekali, 61 di antaranya mengulangi ledakan radio cepat dari 18 sumber. Semburan berulang muncul secara berbeda, setiap kilatan berlangsung sedikit lebih lama daripada ledakan tunggal.

Ketika ledakan berulang, para ilmuwan memiliki peluang yang jauh lebih baik untuk melacaknya kembali ke titik asalnya. Lokasi-lokasi ini dapat membantu para ilmuwan menentukan apa yang menyebabkan semburan.

Berdasarkan pengamatan mereka, para peneliti percaya bahwa ledakan radio cepat tunggal mungkin memiliki sumber berbeda dari yang berulang.

Dengan semua sumber ini, mulai didapatkan gambaran seperti apa FRB secara keseluruhan.

“Selain itu, astrofisika apa yang mungkin mendorong peristiwa ini dan bagaimana mereka dapat digunakan untuk mempelajari alam semesta ke depan," jelas Kaitlyn Shin, anggota CHIME dan seorang mahasiswa pascasarjana di Departemen Fisika Institut Teknologi Massachusetts.

Fungsi teleskop CHIME sedikit berbeda dari teleskop lain yang digunakan untuk astronomi radio. Susunan empat antena radio raksasa, sebanding dengan ukuran dan bentuk setengah pipa yang digunakan untuk snowboarding, sama sekali tidak bergerak. 

Saat Bumi berputar pada porosnya, susunan ini menerima sinyal radio dari separuh langit. Biasanya, piringan radio bergerak untuk menangkap cahaya dari berbagai area di langit. 

Sebaliknya, CHIME menggunakan semua desain digital dan memiliki korelator, prosesor pensinyalan digital untuk menangkap sinyal radio yang masuk. Itu dapat mengaduk data dalam jumlah besar, sekitar tujuh terabit per detik, atau setara dengan persentase kecil lalu lintas internet global.

"Pemrosesan sinyal digital inilah yang membuat CHIME mampu merekonstruksi dan 'melihat' ke ribuan arah secara bersamaan. Itulah yang membantu kami mendeteksi FRB seribu kali lebih sering daripada teleskop tradisional,” kata Masui. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement