Jumat 11 Jun 2021 06:23 WIB

Sekolah Tatap Muka, Prokes Harus Tetap Terjaga

Pembelajaran Tatap Muka disambut baik banyak pihak.

Sejumlah murid mengerjakan soal Penilaian Akhir Tahun (PAT) saat menjalani uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Kebayoran Lama Selatan 17 Pagi, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Dinas Pendidikan DKI Jakarta menggelar uji coba pembelajaran tatap muka tahap 2 yang diikuti 226 sekolah.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Sejumlah murid mengerjakan soal Penilaian Akhir Tahun (PAT) saat menjalani uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Kebayoran Lama Selatan 17 Pagi, Jakarta, Rabu (9/6/2021). Dinas Pendidikan DKI Jakarta menggelar uji coba pembelajaran tatap muka tahap 2 yang diikuti 226 sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah sudah melakukan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) setelah satu tahun lebih para siswa belajar via daring dari rumah. Sejumlah pihak mengingatkan pentingnya aspek keselamatan karena pandemi Covid-19 yang belum mereda.

Triana Widyanti, salah satu orang tua murid mengaku tidak masalah jika anak-anaknya menjalani sekolah via daring dari rumah. Namun, ia tetap mendukung jika pemerintah ingin mengembalikan anak-anak belajar di sekolah lewat PTM.

Selama ini, Triana mengaku guru-guru dan wali kelas putra pertamanya cukup kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga, menurut Triana, anaknya bisa menyerap pelajaran dengan maksimal.

"Guru-guru bikin grup WA guru-murid dan grup WA guru-orang tua sebagai wadah komunikasi dan koordinasi. Dan Alhamdulillah sampai saat ini gak ada kendala yang berarti," kata Triana yang putra pertamanya duduk di tingkat sekolah menengah pertama itu.

Triana mengaku tidak kesulitan mengajarkan putra pertamanya lantaran sudah berada di tingkat SMP. Namun ia mengakui khawatir dengan putra keduanya yang baru masuk taman kanak kanak. Pasalnya, sejak pertama masuk sekolah putranya tersebut langsung belajar daring.

"Tidak kenal guru, tidak kenal teman. Padahal, usia TK usianya belajar sosialisasi. Ini yang membuat saya kerepotan karena tanggung jawab full ada di saya. Mulai dari mulai hafalan, tugas PR, zoom meeting, semua saya yang handle," kata Triana.

photo
Sejumlah siswa saat melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka tahap dua di SDN 07 Kenari, Jakarta, Rabu (9/6). Sebanyak 226 sekolah di Jakarta mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka tahap dua dengan kuota 50 persen dari jumlah siswa dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Ketakutan Triana dipahami oleh Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sutarimah Ampuni S.Psi., M.Si. Menurut Sutarimah, sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memang memiliki kekurangan. Terutama untuk orang tua yang anaknya berada di tingkat TK.

Sutarimah menjelaskan, salah satu hambatan yang bisa terjadi saat proses belajar daring adalah kekuranganpahaman orang tua mengenai proses pendidikan. Misalnya para orang tua tidak menguasai pembelajaran, bagaimana cara membantu anak-anak belajar. "Sebab para orang tua tidak pernah belajar untuk menjadi pendidik," kata Sutarimah via pesan singkatnya, Kamis (10/6).

Menurut dia, PJJ untuk anak-anak yang sudah cukup besar seperti tingkat SD dan SMP mungkin tidak masalah. Namun, permasalahan muncul jika anak-anak berada di tingkat TK, seperti yang dialami Triana.

"Saya lihat banyak yang akhirnya kemudian para orang tua membantu anak belajar itu tidak seperti seharusnya. Mereka membantu menggunakan cara-cara orang dewasa," kata Sutarimah.

Kendala lainnya adalah kesempatan berkonsultasi dengan guru terbatas karena pandemi. Apalagi guru juga memiliki tanggung jawab luar biasa dan harus mengajar banyak murid.

Uji coba PTM yang sudah berlangsung dan akan digelar pada Juli 2021 mendatang disambut baik pengamat pendidikan, Prof Cecep Darmawan. Menurut dia yang terpenting dari dilaksanakannya PTM adalah faktor kesiapan sekolah.

Sebelum PTM dilaksanakan, ia menyarankan para guru sudah divaksinasi terlebih dahulu. "Kemudian dipilih juga untuk pembelajaran tertentu yang pokok-pokok saja, selebihnya masih bisa melakukan daring," kata Prof Cecep.

"Yang terpenting," ujar Prof Cecep menambahkan, "anak-anak setelah belajar langsung pulang ke rumah."

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menegaskan PTM terbatas tidak sama seperti sekolah tatap muka biasa...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement