Jumat 11 Jun 2021 19:28 WIB

Penjelasan Mengapa Takbiratul Ihram Penting dalam Sholat

Takbiratul ihram mempunyai kedudukan penting dalam sholat

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Takbiratul ihram mempunyai kedudukan penting dalam sholat. Ilustrasi takbiratul ihram
Foto: REPUBLIKA
Takbiratul ihram mempunyai kedudukan penting dalam sholat. Ilustrasi takbiratul ihram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sholat berjamaah adalah ritual kolektif kaum muslimin yang memiliki sejumlah keutamaan luar biasa. Salah satu bentuk ideal itu adalah dengan mendatangi sholat berjamaah sebelum iqamah dikumandangkan.  

"Artinya, yang datang itu akan menjadi makmum yang mendapati takbiratul ihram imam," kata Ustadz Sutomo Abu Nashr dalam bukunya 'Menjadi Makmum Masbuq'. 

Baca Juga

Jika takbiratul ihram bersama imam itu berhasil dilakukan secara istiqamah atau konsisten selama empat puluh hari berturut-turut tanpa jeda sekalipun, maka telah dijanjikan  Rasulullah SAW akan terbebas dari dua penyakit atau musibah besar. "Maka ia bebas dari neraka dan bebas dari kemunafikan," katanya. 

Dan kalau mau lebih ideal lagi, sebaiknya kita tidak hanya datang sebelum iqamah dikumandangkan. Akan tetapi kita benar-benar melakukan takbiratul ihram tepat persis setelah takbiratul ihramnya imam tanpa keraguan sedikitpun. 

Jika kemudian ada jeda, maka dalam pandangan yang paling ideal ini, kita dianggap telah terlambat dari takbiratul ihramnya imam meski datang sebelum iqamah dikumandangkan. Inilah pandangan yang disahihkan Imam An Nawawi dalam kitabnya Al Majmu Syarah Al Muhaddzab.  

Memang ada sejumlah pandangan lain yang masih memberikan toleransi terhadap keterlambatan seperti itu, bahkan terhadap yang lebih terlambat lagi dari itu. Namun tentu saja, menjaga diri dalam konsistensi pada yang paling ideal itu adalah lebih utama.   

"Demikianlah idealnya. Minimal berhasil dalam empat puluh hari. Meski hal ini tentu saja bukan hal yang mudah kecuali hanya dengan pertolongan dan karunia Allah SWT," katanya. 

Dan dalam kehidupan kita sebagai Muslim, tidak jarang atau bahkan justru sangat sering realitanya malah sebaliknya. Bisa jadi kita tidak jarang telat dari takbiratul ihramnya imam itu. Bahkan bukan saja dari takbiratul ihram, lebih dari itu malah telat dari rakaat pertama atau hingga rakaat terakhir.  

Akan tetapi selama masih bersama imam, minimal kita masih dianggap sebagai peserta sholat berjamaah. Meski tentu saja peserta yang telat. Dan kita selalu menghibur diri dengan ungkapan, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. 

Di dalam Mazhab Syafii khususnya, seorang makmum tetap berkewajiban membaca surat Al Fatihah. Sedangkan makmum yang masbuq maka para ulama dalam mazhab ini membaginya dalam beragam kondisi yang berbeda-beda.

Di antara masbuq ada yang bisa mengejar Al Fatihah, ada yang ditoleransi untuk tidak perlu menyempurnakan Al Fatihah, dan bahkan ada yang ditoleransi untuk tidak membaca Al Fatihah sama sekali, meski mereka semua tetap dianggap telah mendapatkan satu rakaat penuh. "Dan mereka tetap disebut sebaga masbuq meski tidak tertinggal sama sekali satu rakaat pun," katanya. 

Kalau yang dianggap tidak tertinggal sama sekali saja masih dinamai sebagai masbuq, maka yang benar-benar tertinggal, tentu lebih berhak disebut sebagai masbuq.

Maka, masbuq dalam pengertiannya yang paling sederhana adalah mereka yang tidak mendapatkan takbiratul ihramnya imam. Dan dalam rinciannya nanti, makmum masbuq ini tidak berada dalam satu level.

"Mereka berbeda-beda tergantung tingkat keterlambatannya. Demikian juga dengan konsekuensi masing-masing levelnya juga akan berbeda-beda," katanya.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement