Rabu 16 Jun 2021 18:12 WIB

Upaya Penghapusan Desa Lifta di Yerusalem

Lifta adalah salah satu desa pertama di Yerusalem yang dikosongkan secara paksa

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Desa Lifta di Yerusalem
Foto: Middle East Eye
Desa Lifta di Yerusalem

IHRAM.CO.ID, LIFTA – Terletak di barat lau Yerusalem, desa Lifta telah menjadi korban kebijakan ekspansi sejak Hari Nakba atau malapetaka yang bertepatan dengan berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Meskipun daerah tersebut dinyatakan sebagai cagar alam oleh Israel pada tahun 2017, Otoritas Pertanahan Israel (ILA) mengumumkan pada tanggal 9 Mei untuk mengadakan lelang terbuka pada bulan Juli.

Lelang tersebut akan ditawarkan bagi perusahaan swasta untuk pembangunan pemukiman baru di tanah Lifta. Proyek ini direncanakan untuk 250 unit rumah, hotel, dan pusat komersial yang memiliki pemandangan lereng bukit indah hanya berjarak sepuluh kilometer dari Yerusalem.

Tentunya, pengorbanan dari proyek ini adalah pembongkaran sisa rumah Lifta. Secara efektif, ini menghapus jejak identitas dan sejarah Palestina di sebuah situs yang terdaftar sebagai warisan yang terancam punah pada tahun 2018 oleh World Monuments Fund. Koordinator Koalisi Sipil untuk Hak-Hak Palestina di Yerusalem, Zakaria Odeh, mengatakan masyarakat di seluruh dunia perlu ikut terlibat dan menekan pemerintah Israel untuk mengakhiri semua kebijakan penghapusan Palestina.

“Kami meminta Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Budaya PBB (UNESCO) untuk campur tangan dan menghentikan penghancuran warisan dan sejarah desa Lifta,” kata Zakaria.

Lifta adalah salah satu dari 38 desa pertama di distrik Yerusalem yang dikosongkan secara paksa pada tahun 1948 dan berasal dari era Kanaan, ketika dikenal dengan nama Nephtoah. Desa ini terbentang di atas area sekitar 2.160 hektare yang sebagian diduduki pada tahun 1948 dan sisanya direbut oleh Israel selama perang 1967.

Sebelum Nakba, sekitar 3.000 orang tinggal di 600 rumah di Lifta. Menurut warga Lifta yang mengungsi, hanya 73 rumah yang masih berdiri hingga saat ini. Sebanyak 56 di antaranya masih utuh dan 17 rumah rusak.

Di antara bangunan bersejarah yang masih berdiri adalah masjid yang berusia berabad-abad, kuburan desa, mata air, dan sekolah dasar yang dibangun tahun 1929. Selama bertahun-tahun, sejumlah unit perumahan dan gedung pemerintah Israel dan bagian dari kampus Universitas Ibrani telah dibangun di bekas lahan pertanian Lifta.

Zakaria menyebut proyek terbaru ILA bukanlah hal baru yang menunjukkan pemerintah Israel telah menyetujui pada tahun 2006. Yakni sebuah rencana yang dikenal Rencana No. 6036 untuk pembentukan pemukiman yang dikenal sebagai Mei Neftoah di tanah Lifta. Rencana awal proyek ini dilaporkan dibuat pada pertengahan hingga akhir 1990-an.

Pada tahun 2009, ILA menyiapkan tanah Lifta untuk dilelang. Namun, mantan warga dan keturunan Lifta mengajukan keberatan di pengadilan pada 2011 yang menyatakan penolakan mereka terhadap rencana tersebut.

Pada awal 2012, Pengadilan Israel untuk Urusan Administratif mengeluarkan keputusan yang membatalkan rencana lelang tanah Lifta. Kini, rencana serupa kembali dicoba oleh ILA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement