Jumat 18 Jun 2021 11:14 WIB

Alquran dan Pancasila Antar Indonesia Negara Terdemawan

Alquran dan Pancasila Mengantar Indonesia Sebagai Negara Terdermawan Sedunia

Sejumlah warga mengantre dengan menerapkan protokol kesehatan saat mengambil makanan berbuka puasa gratis di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta, Jumat (16/4/2021). Sekitar 400-600 paket takjil yang merupakan donasi dari warga dan perusahaan sekitar dibagikan secara gratis selama bulan Ramadhan tahun ini.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah warga mengantre dengan menerapkan protokol kesehatan saat mengambil makanan berbuka puasa gratis di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta, Jumat (16/4/2021). Sekitar 400-600 paket takjil yang merupakan donasi dari warga dan perusahaan sekitar dibagikan secara gratis selama bulan Ramadhan tahun ini.

IHRAM.CO.ID, Oleh: KH dr Anwar Abbas. Pengamat sosial ekonomi, Ketua PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Umum MUI.

Terpilihnya indonesia sebagai negara terdermawan di dunia tentu perlu kita apresiasi. Prestasi ini diraih jelas bukan  semata-mata  karena negara kita adalah negara yang berdasarkan Pancasila saja.

Kalau hanya sampai di situ maka saya yakin Pancasila itu tentu tidak akan berbentuk tetapi karena sila-sila yang ada dalam pancasila  tersebut sudah dijiwai dan diwarnai oleh nilai-nilai dari ajaran agama terutama agama Islam. Pancasila dengan berdasarkan dan bersumberkan kepada Alquran dan Assunnah itu, maka jadilah bangsa kita menjadi bangsa yang peduli kepada sesama.

Semua itu jelas sekali karena di dalam berbagai surat dan ayat dalam Alquran secara jelas sekali bila kita disuruh dan diperintah oleh Allah swt untuk tidak hanya memperhatikan diri kita saja tapi kita juga diperintah untuk memperhatikan keadaan dari  keluarga dan  tetangga  kita serta  keadaan dari orang lain terutama fakir miskin.

Bahkan dalam salah satu surat dalam Alquran  dikatakan bahwa kita ini akan dicap oleh Allah sebagai seorang pendusta agama kalau kita menyia-nyiakan dan tidak berempati kepada anak yatim serta tidak mau membantu dan  memperhatikan kebutuhan orang miskin.

Hal demikian diperjelas dan dipertegas lagi oleh nabi lewat hadis-hadisnya yang menyatakan dan mengingatkan kita tentang wajibnya kita untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang-orangyang hidupnya termarginalkan. Ini  seperti kata beliau :Tidaklah  bisa dikatakan bahwa kita ini telah beriman kepada Allah dan hari akhir kalau perut kita kenyang tetapi tetangga kita kelaparan.

Nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran dan hadis yang seperti  inilah yang  telah mendorong bagi tinggi dan meningkatnya minat untuk berdonasi dan kerelawanan di kalangan umat Islam.  Dan itu sudah sangat terlihat sekali di masa-masa awal covid 19 di mana pemerintah mengingatkan dan meminta masyarakat untuk mengisolasi diri dan tidak keluar rumah akibatnya ekonomi masyarakat lapis bawah benar-benar terpukul.

Semua itu terjadi karena tukang becak, tukang ojek sopir taxi, pedagang kaki lima, dan kalangan rakyat bawah secara ekonomi mereka benar-benar lumpuh dan terpukul. Mereka selama hidup dengan boleh dikatakan ditopang oleh apa yang mereka dapat hari itu saja. Tak ada sisa untuk esok hari.

Kita tidak menyalahkan anjuran dan  kebijakan dari pemerintah  untuk tidak keluar rumah tersebut karena anjuran itu di satu sisi memang baik karena telah mampu menekan penebaran virus corona yang ada. Namun, di sisi lain terutama dari sisi ekonomi, anjuran dan kebijakan  tersebut ternyata telah membuat mereka yang ada di lapis bawah tersebut benar-benar menjerit karena tidak ada yang akan bahan yang tersedia untuk bisa dimakan.

Tapi itulah semua jeritan mereka tersebut telah di dengar oleh tetangga dan handai tolan serta orang lain. Dan ketika itulah kita melihat bagaimana  umat Islam benar-benar telah  termotivasi dan terdorong oleh ajaran agamanya untuk turun bagi membantu mereka yang berada dalam kesulitan tersebut secara ikhlas baik langsung  kepada orang yang dia tuju atau mereka salurkan lewat baznas dan LAZ serta unit pengumpul zakat (UPZ) yang ada.

Saya tidak bisa membayangkan apalah yang akan terjadi di negeri ini kalau gerakan sosial dan filantropi yang  dilakukan secara ikhlas dan spontan oleh umat tersebut tidak ada. Maka ketika itu tentu kita akan banyak membaca berita tentang kelaparan dan kematian di mana-mana. Tapi sampai detik ini saya nyaris tidak mendengar dan membaca adanya hal itu.

Kalau ada orang yang sakit dan mati, itu jelas bukan karena dia tidak makan tapi karena terpapar Covid-19.

Oleh karena itu  dalam menghadapi masalah bangsa ini kita  tidak boleh hanya  berhenti dan terhenti dengan pendekatan konstitusional saja dan tidak kembali kepada sumber nilai utama dari Pancasila dan UUD 1945 tersebut. Sebab, kalau kita hanya terhenti disitu, maka tugas untuk itu jelas sepenuhnya terpikul dipundak pemerintah. Ini karena memang seperti itulah yang diamanatkan dalam pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Tetapi ketika masa-masa  awal pandemi covid 19 tersebut kita sama-sama tahu bahwa bantuan pemerintah itu baru turun setelah pemerintah selesai membuat peta dari orang-orang yang akan dibantu. Itu pun baru selesai setelah mereka kerjakan berminggu-minggu.

Dalam logika kita dan orang banyak kalau ada orang yang tidak makan satu minggu atau lebih maka mereka tentu sudah banyak yang mati atau sakit. Namun syukurlah hal itu tidak terjadi karena  dalam situasi dimana mereka tidak punya pendapatan tersebut, saudara dan tetangganya serta orang lain telah datang membantu.

Dan  yang menjadi pendorong utama mereka melakukan itu yang perlu kita catat dan ingatkan disini adalah mereka lakukan bukanlah karena instruksi atau perintah dari pemerintah.  Tapi adalah karena ajaran agama mereka sendiri yang terdapat dalam Alquran dan Assunnah yang memerintahkan mereka untuk melakukannya.

Jadi bagi orang islam sila-sila dalam Pancasila itu tidak akan bunyi dan tidak akan bisa difahami serta tidak akan  jelas bentuknya, kalau dia tidak dituntun dan diarahkan serta diisi oleh nilai-nilai yang ada dalam ajaran agama islam itu sendiri yang  sumber ajarannya adalah terdapat dalam alquran dan assunnah.  

Oleh karena itu kalau ada tokoh dan para pemimpin di negeri ini yang bertanya dan menyuruh bawahan atau rakyatnya untuk memilih Pancasila atau Alquran maka yang bersangkutan jelas tidak faham dan tidak mengerti tentang apa itu Alquran dan  agama islam serta apa itu Pancasila, serta bagaimana hubungan antara ketiganya.

Dengan begitu, bila negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang  sikap dan berpandangannya mendikotomikan Alquran dan Pancasila seperti itu, maka  jelas akan sangat berbahaya. Mengapa? Itu karena akibat dari ketidakfahaman mereka terhadap hal demikian, nantinya hanya jelas akan bisa menyeret bangsa ini ke lembah bencana dan malapeta serta kehancurannya.

Kita sebagai warga bangsa yang baik dan cinta negeri ini tentu saja tidak mau hal itu terjadi. 

Wallhu'alam

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement