Jumat 18 Jun 2021 15:52 WIB

Virolog UGM : Varian Delta Dapat Tingkatkan Transmisi Covid

Varian ini juga meningkatkan secondary attack rate terhadap orang yang kontak erat.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Republika menggelar talkshow secara daring bertemakan 'Varian Delta Terus Merebak : Bagaimana Kita Bersikap', Jumat (18/6). Talkshow ini digelar dengan menghadirkan virolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Mohamad Saifudin Hakim.

Dalam paparannya, Saifudin menyebut, varian Covid-19 Delta dapat menginfeksi lebih tinggi dari varian lainnya. Sehingga, ketika seseorang terinfeksi varian Delta, maka kemungkinan untuk menginfeksi lebih banyak orang akan lebih tinggi dibandingkan dengan varian lain seperti Alpha dan Kappa.

Sehingga, dapat memicu lonjakan kasus Covid-19. "Ringkasan yang sudah dirilis WHO berdasarkan penelitian-penelitian terbaru tentang dampak varian Delta, dari sisi transmisi ini sudah mendekati definitif bahwa varian Delta ini meningkatkan transmisi dan juga meningkatkan secondary attack rate terhadap orang-orang yang kontak erat," kata Saifudin, Jumat (18/6).

Dijelaskan, ada beberapa hipotesis terkait bagaimana varian Delta dapat meningkatkan transmisi Covid-19. Pertama, saat seseorang yang terinfeksi varian Delta dengan periode infeksius yang lebih panjang.

"Kalau seseorang itu bisa dua pekan sudah habis virusnya, bisa jadi ketika dia terinfeksi varian (Delta) itu menjadi lebih lama periode infeksiusnya," ujarnya.

Kedua, katanya, varian Delta dapat menginfeksi lebih tinggi melalui percikan (droplet). Baik melalui mulut maupun melalui hidung.

"Dari sisi keparahan, itu data terbatas yang berasal dari Inggris dan Skotlandia. Sehingga, WHO belum berani menyimpulkan, tapi ada kemungkinan bahwa orang-orang yang terinfeksi varian Delta ini akan memiliki risiko lebih tinggi untuk masuk rumah sakit," jelasnya.

Saifudin pun menerangkan terkait proses mutasi virus sehingga terbentuk varian Delta. Ketika suatu virus original (asal-usul virus) menginfeksi manusia, maka virus tersebut akan memiliki kesempatan untuk bermutasi.

Di dalam tubuh manusia, katanya, virus yang lebih tangguh akan memiliki kesempatan untuk bertahan lebih lama. Sehingga, virus ini yang nantinya mendominasi dan menyebabkan terjadinya transmisi serta berpotensi menginfeksi lebih banyak orang.

"Virus original saya gambarkan warna biru,  menginfeksi dan bermutasi yang saya gambarkan menjadi warna cokelat, merah, hingga hijau. Setelah ada kumpulan dengan berbagai warna ini, hanya yang fitness-nya paling tinggi punya kesempatan untuk lebih bisa bertahan hidup. Ini dunia rimbanya virus, virus yang lebih kuat akan lebih banyak survive dan bisa menggantikan yang lain. Mau tidak mau, untuk bisa menghindari (varian Delta) ini kalau dari perspektif virolog itu, kita harus bisa menghentikan transmisi ini dari sisi satu orang ke orang lain," kata Saifudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement