Jumat 18 Jun 2021 23:40 WIB

Dispar: Okupansi Hotel di Mataram Mulai Naik Jadi 30 persen

Peningkatan okupansi hotel di Mataram didominasi kedatangan tamu domestik

Seorang petugas membersihkan kamar menggunakan disinfektan di Fizz Hotel di Mataram, Lombok, NTB. Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan tingkat okupansi hotel di Mataram mulai mengalami kenaikan hingga mencapai 25 hingga 30 persen dari tingkat hunian sebelumnya sekitar 10 persen.
Foto: ANTARA ahmad subaidi
Seorang petugas membersihkan kamar menggunakan disinfektan di Fizz Hotel di Mataram, Lombok, NTB. Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan tingkat okupansi hotel di Mataram mulai mengalami kenaikan hingga mencapai 25 hingga 30 persen dari tingkat hunian sebelumnya sekitar 10 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan tingkat okupansi hotel di Mataram mulai mengalami kenaikan hingga mencapai 25 hingga 30 persen dari tingkat hunian sebelumnya sekitar 10 persen.

"Alhamdulillah, dari laporan masing-masing hotel menyebutkan tingkat hunian mereka mulai membaik dan mengalami peningkatan dengan posisi saat ini mencapai sekitar 25-30 persen," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Jumat (18/6).

Peningkatan okupansi hotel di Mataram yang rata-rata masih didominasi tamu domestik, dengan tujuan untuk kegiatan dinas, acara seremonial, dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition)"Peningkatan okupansi hotel itu dipicu mulai adanya pelonggaran dari pemerintah namun tetap disiplin protokol kesehatan COVID-19," katanya.

Dikatakan, dengan melihat perkembangan COVID-19 saat ini yang sudah mulai melandai di Kota Mataram dan vaksinasi sudah dilakukan, pihaknya optimistis okupansi hotel akan terus meningkat hingga 50-60 persen pada bulan Juli 2021."Insya Allah kalau pandemi ini mulai melandai, okupansi hotel bisa terus meningkat dan kita bisa melakukan promosi pariwisata lebih maksimal," katanya.

 

Lonjakan kasus COVID-19 varian baru di beberapa kota besar saat ini, diharaplan tidak berimbas ke daerah, sebab bisa mempengaruhi penurunan okupansi hotel.Terkait kewajiban memiliki sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment), menurut Denny, sampai saat ini dari sekitar 120 hotel bintang dan non-bintang di Mataram, baru sekitar 20 hotel yang memiliki sertifikat CHSE.

"Kendala pastinya saya juga kurang tahu persis, tapi hotel yang belum mengisi formulir yang disediakan karena menurut mereka agak repot," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement