Ahad 20 Jun 2021 14:45 WIB

Afghanistan Ingin Sistem Islam yang Murni

Taliban ingin Afghanistan menjalankan sistem Islam murni

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pasukan AS menghadapi perlawanan Taliban di Afghanistan.
Foto: Google.com
Pasukan AS menghadapi perlawanan Taliban di Afghanistan.

IHRAM.CO.ID, KABUL--Taliban mengatakan mereka berkomitmen pada perundingan damai yang saat ini masih dinegosiasikan. Kelompok tersebut menambahkan mereka ingin Afghanistan menjalankan 'sistem Islam murni' yang sejalan dengan hak-hak perempuan yang sesuai dengan peraturan agama dan tradisi budaya.

Pernyataan ini disampaikan saat progres perundingan damai antara kelompok garis keras itu dan perwakilan pemerintah Afghanistan yang digelar di Qatar berjalan lambat. Sementara kekerasan di Afghanistan melonjak drastis ketika pasukan asing bersiap meninggalkan negara itu pada 11 September mendatang.

Pemerintah Afghanistan mengungkapkan kekhawatiran mereka mengenai buntunya negosiasi itu. Mereka mengatakan Taliban belum mengajukan proposal tertulis yang dapat digunakan untuk memulai pembicaraan yang subtantif.

"Kami mengerti dunia dan rakyat Afghanistan memiliki pertanyaan mengenai bentuk sistem yang dibentuk usai pasukan asing ditarik," kata kepala kantor politik Taliban, Mullah Abdul Ghani dalam pernyataannya, Ahad (20/6).

"Sistem Islam yang murni solusi terbaik bagi semua masalah rakyat Afghanistan, partisipasi kami dalam negosiasi dan dukungan pada pihak kami menunjukkan dengan terbuka kami yakin semua masalah diselesaikan dengan sikap saling pengertian," tambahnya.

Ia mengatakan perempuan dan masyarakat minoritas akan dilindungi. Para diplomat dan pekerja lembawa swadaya masyarakat juga dapat bekerja dengan aman.

"Kami berkomitmen untuk mengakomodiasi semua hak-hak warga negara kami, apakah itu laki-laki atau perempuan, dalam peraturan Islam yang mulia dan tradisi masyarakat Afghanistan yang luhur," kata Ghani.

Ia mengatakan Taliban akan menyediakan fasilitas untuk mendidik perempuan dan membiarkan mereka bekerja. Tidak diketahui apakah Taliban akan mengizinkan perempuan memiliki jabatan publik atau apakah tempat kerja dan sekolah dipisahkan berdasarkan gender. Juru bicara kelompok ekstremis itu belum menanggapi permintaan komentar.

Pada bulan Mei lalu analis intelijen Amerika Serikat (AS) merilis asesmen mereka. Para analis menilai bila Taliban kembali berkuasa maka ' kemajuan yang diraih dalam hak-hak perempuan Afghanistan selama ini akan mundur kembali.

Sebelum digulingkan AS pada tahun 2001 lalu Taliban menerapkan hukum Islam keras dan keji. Seperti melarang perempuan bersekolah, bekerja di luar rumah dan berada di ruang publik tanpa muhrim laki-laki. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement