Senin 21 Jun 2021 15:26 WIB

Dinkes DKI: Kapasitas Tempat Tidur di RS Capai 90 Persen

Awal Juni 2021 terdapat sekitar 8.000 tempat tidur isolasi yang disiapkan

Rep: Flori Sidebang/ Red: Andi Nur Aminah
Tangkapan layar dari video viral yang memperlihatkan sejumlah pasien Covid-19 dirawat di lorong RSUD Koja, Jakarta Utara. Pasien terpaksa dirawat sementara di lorong karena sedang menunggu proses diagnosa dan menunggu ruang perawatan kosong.
Foto: tangkapan layar video di IG
Tangkapan layar dari video viral yang memperlihatkan sejumlah pasien Covid-19 dirawat di lorong RSUD Koja, Jakarta Utara. Pasien terpaksa dirawat sementara di lorong karena sedang menunggu proses diagnosa dan menunggu ruang perawatan kosong.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI akarta, Widyastuti mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 di Ibu Kota pada Senin (21/6) mencapai 90 persen. Sedangkan untuk ruang ICU, Widyastuti menyebut, saat ini sudah terisi 81 persen. 

"Saat ini ada 90 persen keterpakaian tempat tidur isolasi di Jakarta, sedangkan ICU 81 persen. Ini kami total ada 106 RS di DKI Jakarta dengan 13-nya adalah dedicated full untuk Covid-19," kata Widyastuti di Balai Kota Jakarta, Senin. 

Baca Juga

Widyastuti mengungkapkan, pihaknya terus berupaya meningkatkan jumlah kapasitasi tempat tidur isolasi pasien Covid-19. Di menyebut, pada awal Juni 2021 terdapat sekitar 8.000 tempat tidur isolasi yang disiapkan. Namun, jelas dia, berdasarkan data terakhir, saat ini jumlah tempat tidur isolasi yang disiapkan telah mencapai 9 ribu unit. 

"Sekarang (tempat tidur isolasi) sudah mencapai 9.000lebih. Jadi kalau total dengan tempat ICU ada 10 ribu yang kita siapkan. Artinya, mengingat keterpakaian semakin cepat, sehingga perlu penambahan yang begitu cepat," ujar dia. 

 

Meski demikian, Widyastuti menuturkan, pihaknya juga tengah mengedukasi masyarakat mengenai tingkat gawat darurat pasien Covid-19. Sehingga tidak semua orang yang terpapar virus corona harus dirujuk ke rumah sakit. 

"Jadi yang kita pisahkan adalah memastikan tingkat kegawatdaruratannya. Artinya, semua kasus Covid-19 tidak harus berbondong-bondong ke rumah sakit. Ini yang perlu kita edukasikan ke masyarakat yang sedang kita susun lebih rinci," tutur dia. 

Menurutnya, dalam situasi pandemi seperti saat ini, warga yang terkonfirmasi positif virus corona tanpa gejala dapat melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing atau lokasi isolasi terkendali yang telah disiapkan di lingkungan sekitar. 

"Pada saat terkonfirmasi positif tanpa gejala, dengan situasi landemi Covid-19 yang seperti ini bisa dilakukan isoman di rumah, dengan telemedicine dari nakes yang kita siapkan," ucap Widyastuti.

"Sehingga berapa pun kasus positif tidak akan kekejar kecepatannya dengan penambahan kapasitas RS. Jadi kami mengajak warga DKI bersama dengan kami penyiapan isolasi terkendali dan isolasi mandiri di lingkungan sekitar masing-masing," tambahnya. 

Seperti diketahui, DKI Jakarta telah memecahkan rekor kasus harian Covid-19 dalam tiga hari beruntun. Rekor harian pertama terjadi pada Jumat (18/6) dengan jumlah 4.737 kasus baru. Sehari berselang, Sabtu (19/6), rekor itu disalip lagi dengan 4.895 kasus baru. Lalu, pada Ahad (20/6), kasus harian Jakarta memecahkan rekor tertingginya selama pandemi Covid-19, yakni sebesar 5.582 kasus baru.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement