Rabu 23 Jun 2021 15:59 WIB

KAI Optimalkan Bisnis Komersial Non-Angkutan

KAI juga telah mengoptimalkan pendapatan dari aplikasi KAI Access.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
PT Kereta Api Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Antara
PT Kereta Api Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memastikan akan mengoptimalkan pengusahaan asetnya melalui bisnis komersialisasi non-angkutan. VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui banyaknya aset potensial yang dimiliki.

“Komersialisasi non-angkutan terus kami optimalkan sebagai bentuk adaptasi KAI di tengah pandemi Covid-19,” kata Joni dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (23/6).

Baca Juga

Dia mengatakan, KAI menyadari aset KAI yang tersebar di Jawa dan Sumatra dapat lebih bernilai guna sehingga penting untuk diberdayakan. Joni menjelaskan, bentuk komersialisasi non-angkutan KAI berupa kerja sama pemanfaatan aset stasiun, sarana, right of way (ROW), non-ROW, maupun museum.

Untuk kerja sama pemanfaatan aset di stasiun, Joni mengatakan, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai titik stasiun. “Ini seperti ruangan, bangunan, gedung, gudang, dan tanah untuk lokasi promosi, minimarket, gudang, kafe, ATM, dan sebagainya,” kata Joni menjelaskan.

Sementara untuk kerja sama pemanfaatan aset berupa sarana, Joni menuturkan, KAI menyediakan kereta makan, kereta wisata, entertainment on board, dan mesin perawatan jalan rel. Begitu juga dengan prasarana penunjang serta jasa balai yasa atau dipo.

Lalu untuk pemanfaatan ROW atau aset KAI yang berada di sepanjang jalur kereta api aktif, KAI bekerja sama dengan berbagai pihak. “Ini untuk mengoptimalkan aset tersebut seperti untuk penanaman fiber optik, pipa air, pipa gas, dan pipa minyak,” ungkap Koni.

Sedangkan, untuk non-ROW atau aset KAI yang berada di luar wilayah stasiun dan ROW, Joni mengatakan dapat dimanfaatkan sebagai kantor. Begitu juga untuk menjadi rumah makan, parkir, dan sebagainya.

Aset KAI lainnya yang dapat dikerjasamakan pemanfaatannya berupa museum, bangunan bersejarah, Wi-Fi (advertising slot), kegiatan shooting atau pemotretan, dan event atau activation. Begitu juga dengan naming rights stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin mem-branding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya.

“Hampir seluruh aset KAI dapat dimanfaatkan masyarakat dengan skema kerja sama. Pada prinsipnya pemanfaatan aset dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu operasional kereta api dan tidak mengubah status kepemilikan pada aset yang dimanfaatkan,” ujar Joni.  

Dia memastikan, inovasi akan terus dilakukan KAI pada sektor komersialisasi non-angkutan. Di kawasan stasiun, kata dia, KAI melakukan digitalisasi, baik media informasi maupun iklan serta tenant di stasiun, juga dirapikan untuk meningkatkan nilai stasiun, termasuk ruang untuk UMKM.

Dia menambahkan, KAI juga telah mengoptimalkan pendapatan dari aplikasi KAI Access berupa iklan dan layanan last mile dengan taksi Bluebird. “Secara berkelanjutan tengah dilakukan pengembangan layanan first mile dengan Taksi Bluebird, top up e-money Mandiri, dan sebagainya,” kata Joni.

Joni menuturkan, pada masa pandemi Covid-19 ini, KAI melakukan upaya-upaya untuk membantu meringankan beban mitra akibat berkurangnya aktivitas stasiun dibandingkan sebelum pandemi sebagai strategi customer retention terhadap mitra-mitra kerja sama tersebut. Dia memastikan, komersialisasi non- angkutan KAI menjalin kerja sama dengan penyedia layanan rapid test antibodi, rapid test antigen, dan pemeriksaan genose untuk melayani pelanggan di berbagai stasiun.

Joni mengatakan, pendapatan KAI pada sektor komersialisasi non-angkutan menunjukkan tren positif. Pada 2019, pendapatan KAI pada sektor tersebut mencapai Rp 719,1 miliar atau naik 19 persen dibandingkan periode yang sama 2018 sebesar Rp 606,3 miliar. Selanjutnya, pada 2020 menjadi Rp 625,9 miliar dikarenakan adanya pandemi Covid-19.

Dia memastikan, untuk selanjutnya, KAI akan berinovasi dengan menggunakan skema kerja sama pengelolaan aset berupa profit atau revenue sharing. Model bisnis tersebut menjadi alternatif selain persewaan.

KAI juga akan mengembangkan komersialisasi non-angkutan berbasis teknologi informasi sehingga akan mempermudah mitra dalam bekerja sama dengan KAI. “KAI terbuka untuk kerja sama dengan mitra dalam bisnis non-angkutan, baik di wilayah stasiun, kereta atau sarana, maupun area KAI lainnya. Sehingga, diharapkan dengan semakin banyak mitra yang bekerja sama, maka akan semakin meningkatkan perekonomian bersama,” ujar Joni menjelaskan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement