Kamis 24 Jun 2021 06:38 WIB

Timmas Skotlandia Akui Kurang Jam Terbang

Kegagalan memetik poin di laga ini membuat Skotlandia terpuruk di dasar klasemen.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Manajer Skotlandia Steve Clarke bereaksi selama pertandingan sepak bola babak penyisihan grup D UEFA EURO 2020 antara Kroasia dan Skotlandia di Glasgow, Inggris, 22 Juni 2021.
Foto: EPA POOL/Robert Perry / POOL
Manajer Skotlandia Steve Clarke bereaksi selama pertandingan sepak bola babak penyisihan grup D UEFA EURO 2020 antara Kroasia dan Skotlandia di Glasgow, Inggris, 22 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Skotlandia dipaksa mengakhiri partisipasi pertamanya di putaran final turnamen utama dalam 23 tahun terakhir dengan kekecewaan. Kekalahan, 1-3, dari Kroasia di laga terakhir penyisihan Grup D, Rabu (23/6) dini hari WIB, memastikan Skotlandia tersingkir dari Euro 2020. 

Kendati sempat tertinggal lebih dulu lewat gol Nicola Vlasic pada menit ke-17, Skotlandia mampu menyamakan kedudukan pada penghujung babak pertama, tepatnya pada menit ke-42. Sepakan kaki kanan Callum McGregor dari luar kotak penalti merobek gawang Kroasia. 

Namun, itu menjadi satu-satunya perlawanan yang diberikan The Tartan Army, julukan Skotlandia, terhadap Kroasia. Vatreni, julukan Kroasia, terbukti lebih superior pada babak kedua. 

Dua gol, yang masing-masing dicetak Luka Modric pada menit ke-62 dan Ivan Perisic pada menit ke-77, membawa Kroasia memastikan kemenangan dalam laga di Stadion Hampden Park, Glasgow, tersebut. Pelatih timnas Skotlandia, Steve Clarke, menyebut, perbedaan pengalaman dan jam terbang di turnamen bergengsi menjadi faktor terbesar kegagalan anak-anak asuhnya dalam mengalahkan Kroasia. Putaran final Euro 2020 memang menjadi kesempatan pertama The Tartan Army tampil di putaran final turnamen bergengsi, usai terakhir kali tampil di putaran final Piala Dunia 1998.

Kondisi tersebut jauh berbeda dengan Kroasia, yang menjadi langganan tampil di putaran final turnamen utama, termasuk saat menembus babak 16 besar Piala Eropa 2016. Bahkan, di partisipasi terakhir di turnamen bergengsi, Vatreni mampu menorehkan prestasi impresif, tepatnya saat melaju ke partai final Piala Dunia 2018. 

Kroasia, tutur Clarke, merupakan tim yang tumbuh dan ditempa dengan sangat baik lewat berbagai partisipasi di turnamen-turnamen tersebut. 

''Kami menghadapi tim yang ditempa di turnamen-turnamen seperti ini dan mereka sangat tangguh. Mereka juga tahu caranya harus tampil dan memanfaatkan laga terakhir di penyisihan grup. Sementara, kami tidak bisa melakukan hal tersebut. Inilah kenapa kami tersingkir, dan mereka bisa tetap bertahan di turnamen ini,'' tutur Clarke seperti dilansir BBC. 

Kegagalan memetik poin di laga ini membuat Skotlandia terpuruk di dasar klasemen akhir Grup D dengan torehan satu poin dari tiga laga. Satu-satunya poin yang bisa dipetik Skotlandia di sepanjang penyisihan Grup D adalah saat menahan imbang Inggris, tanpa gol, akhir pekan lalu. 

Kendati tersingkir dari Euro 2020, Clarke menegaskan, timnas Skotlandia barisan pemain yang setidaknya masih bisa diandalkan untuk bisa tampil di putaran final turnamen bergengsi berikutnya. Kegagalan di Euro 2020 memberikan pengalaman berharga buat Skotlandia, terutama dalam aspek mengatur energi guna menjalani fase penyisihan grup, untuk bersiap menatap turnamen bergengsi selanjutnya. 

''Kami tidak mendapatkan apa-apa di laga pembuka, kemudian kami tampil habis-habisan di laga kedua. Kondisi ini membuat kami kepayahan di laga ketiga. Itu menjadi salah satu pelajaran berharga buat kami di turnamen berikutnya. Namun, saya yakin, kami tidak perlu lagi menunggu 23 tahun untuk kembali tampil di putaran final turnamen berikutnya,'' kata mantan asisten pelatih Jose Mourinho di Chelsea tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement