Kamis 24 Jun 2021 20:16 WIB

'Hungaria Padat Penonton, Tapi Masjidil Haram Ketat Prokes?'

Tidak bisa dibandingkan kasus Hungaria dan Masjidil Haram

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Tidak bisa dibandingkan kasus Hungaria dan Masjidil Haram. Suasana sholat Subuh di Masjidil Haram di masa pandemi.
Foto: Chanel News Asia
Tidak bisa dibandingkan kasus Hungaria dan Masjidil Haram. Suasana sholat Subuh di Masjidil Haram di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ustadz dan praktisi kesehatan, dr Raehanul Bahraen MSc SpPK, menjelaskan terkait dengan topik terhangat perihal penonton sepak bola yang padat di Hungaria, kemudian gambar yang beredar disandingkan dengan Masjidil Haram dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19.  

"Ini yang hangat dibicarakan kok bisa di Hungaria padat penonton seperti ini. Kemudian yang menyebar di dunia maya gambar sebelahnya adalah gambar di Masjidil Haram, gambar di Masjidil Haram kok malah prokes,” kata sosok yang juga alumni Ma'had Al-Ilmi Yogyakarta ini.  

Baca Juga

Dia mengungkapkan, jawabannya adalah pertama, berdasarkan informasi yang dia terima dari yang tinggal di Hungaria, Hungaria negaranya tidak terlalu besar dan sudah tiga kali lockdown dan semuanya patuh," kata dia dikutip dari laman Youtubenya, Raehanul Bahraen.  

Ustadz melanjutkan, jawaban yang kedua yakni, mereka sudah tercakup vaksin lebih dari 50 persen dan semuanya patuh. Ketiga, ketika masuk ke stadion ini para penonton di tes semuanya. Penonton harus memiliki PCR negatif, baru bisa masuk semuanya.

 

"Nah kalau pemerintah kompak, rakyatnya kompak sama-sama patuh dua-duanya. Pemerintah membuat kebijakan yang bagus dan rakyatnya bisa diatur, artinya ada yang tidak mau divaksin, 'PCR ngapain, nanti di-covid-kan'. Ini insya Allah bisa seperti ini," kata Ustadz yang juga spesialis patologi klinik dari Universitas Gajah Mada ini.

"Dan harapannya kita berdoa mudah-mudahan Indonesia bisa seperti ini. Semuanya jangan saling menyalahkan," ujar dia.  

Ustadz Raehanul mengungkapkan, semuanya harus dapat memberikan contoh dalam kebaikan. Tidak perlu saling menyalahkan, menuduh konspirasi dan sebagainya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement