Jumat 25 Jun 2021 16:24 WIB

Mati adalah Kiamat Kecil, Begini Penjelasannya Menurut Ulama

Kematian bukan akhir segela ia adalah kiamat kecil menuju kiamat sesungguhnya

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kematian bukan akhir segela ia adalah kiamat kecil menuju kiamat sesungguhnya. Ilustrasi kematian
Foto: ANTARA/Novrian Arbi
Kematian bukan akhir segela ia adalah kiamat kecil menuju kiamat sesungguhnya. Ilustrasi kematian

REPUBLIKA.CO.ID, Para ulama membagi kiamat menjadi dua, yaitu kiamat besar (al-qiyamah al-kubra) dan kiamat kecil (al-qiyamah as sughra). 

Dalam bukunya yang berjudul “al-Qiyamah as-Shughra”, Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan, kiamat kecil adalah matinya orang per orang.

Baca Juga

“Kiamat Kecil adalah kematian, jadi siapa yang mati, kiamatnya telah bangkit, dan waktunya telah tiba,” katanya seperti dikutip dari laman alukah, Jum’at (25/6). Dalam hadits sahih Bukhari dan Muslim juga dijelaskan bahwa Aisyah berkata: 

عن عائشة - رضي الله عنها - قالت: "كان رجالٌ من الأعراب جفاة يأتون النبي - صلى الله عليه وسلم - فيسألونه متى الساعة، فكان ينظر إلى أصغرهم، فيقول: إن يعش هذا، لا يدركه الهرم حتى تقوم عليكم ساعتكم"

“Orang-orang badui yang kasar datang kepada Rasulullah SAW menanyakan tetang kapan datangnya kiamat. Maka Rasulullah  melihat di antara mereka yang terkecil. Lalu mengatakan, “Jika dia panjang umur, maka sebelum dia renta, kalian sudah kedatangan kiamat.”

Dalam kitab Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan kiamat kecil ialah berakhirnya kehidupan manusia di bumi, dan masuk kepada hari akhirat. Setiap orang yang meninggal, sebenarnya mereka sudah memasuki pintu akhirat.

Ibn Katsir menunjukkan bahwa perkataan ini diucapkan oleh para filosof tetapi mereka menginginkan makna yang rusak. Para ateis percaya bahwa kematian adalah kiamat sesungguhnya  dan tidak ada kiamat setelahnya. Dalam hal ini, Ibnu Katsir mengkritik pendapat orang ateis yang mengatakan kematian adalah kiamat yang tidak ada lagi kehidupan (kiamat) setelahnya

“Beberapa ateis mungkin mengatakan ini, dan mereka merujuk pada sesuatu yang lain dari kepalsuan,” kata Ibnu Katsir.

 

Sumber: alukah  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement