Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Bagus Salim Arrofiq

4 Wasiat Sayyidina Ali kepada Hasan r.huma

Agama | Sunday, 27 Jun 2021, 17:08 WIB
Oleh : M. Bagus - Uin Jakarta

Berbicara tentang sahabat Nabi saw, maka tidak terlepas oleh sosok yang cerdas, tampan, kuat hafalannya, dan disegani, siapa lagi selain Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib. Ia merupakan sepupu dari baginda Nabi saw dan sekaligus menantu beliau. Tercatat dalam sejarah bahwa Sayyidina 'Ali merupakan al-Sabiquna al-Awwalun yakni adalah orang-orang yang pertama kali bersyahadat kepada Nabi saw. Beliau lah yang juga dengan berani dan mantap untuk tidur ditempat Nabi saw tidur, sebagai pengganti beliau ketika berhijrah ke madinah bersama Abu Bakar. Sungguh mulia perilakunya, cerdas otaknya, fasih tutur katanya semuanya demi baginda Nabi saw dan perjuangan islam. Sayyidah Ali ra juga merupakan menantu Nabi saw karena ia menikah dengan Fathimah al-Zahra dan memberikan cucu untuk Nabi saw yakni Hasan dan Husein. Walaupun masih ada lagi anak dari Sayyidina Ali ra. Kepada salah satu anaknya yakni Sayyidina Hasan, ia pernah memberikan wasiat atau pesan kepada anaknya itu. Berikut penjelasan nya :

أوصى علي ابن أبي طالب ابنه حسن ! يا بني احفظ عني اربعا و اربعا لا يضرك ما عملت معهن، أغنى الغنى العقل و أكبر الفقر الحمق و أوحش الوحشة العجب و أكبر الحسب حسن الخلق

Artinya :" Wasiat Ali bin Abi Thalib kepada Hasan anaknya. Wahai anakku! Jagalah 4 perkara dari yang empat niscaya engkau akan terhindar dark kemudharatan antara lain : Sekaya-kaya harta ialah akal (rasional), serendah-rendah kefakiran adalah kebodohan, paling sengsara sendirian adalah kesombongan dan semulia-mulianya keturunan yakni dengan akhlak yang terpuji"

Sayyidina Ali ra walaupun sesuai teksnya itu berwasiat atau sedang menasihati anaknya, namun makna konteksnya sangat bisa wasiat itu ditujukan untuk orang selain Sayyidina Hasan (untuk umat manusia lainnya). Berikut penjelasan dari poin-poin wasiat :

1. Maksud dari kalimat "Agnal Gina Al-Aqlu" yakni sekaya apapun harta yang dimiliki oleh seseorang, berapapun jumlah harta yang ia miliki semua itu sama sekali tidak ada artinya apapun jika orang tadi tidak memiliki akal pikiran untuk berpikir. Akal bak harta yang salah satu berharga yang dimiliki setiap insan. Namun, pada kenyataannya tidak semua insan dapat menggunakan nya secara baik. Bisa disebabkan kelainan atau penyakit di badannya atau dapat pula orang tersebut malas untuk menggunakan akal dan merelakan nya diganti dengan rupiah. Maka bersyukurlah dan manfaatkan akal dengan sebaik mungkin.

2. Makna kalimat "Akbarul Faqri al-Humqu" adalah kefakiran. Yang ia juga memiliki dua makna pertama, kefakiran dimaknai secara ekonomi kedua, kefakiran dinilai dari kualitas ilmu pengetahuan. Dan makna kedua inilah yang diwanti-wanti oleh Sayyidina Ali untuk Hasan putranya. Istilahnya zaman sekarang itu seperti "Bolehlah engkau miskin harta, tetapi perlu diingat jangan sampai engkau miskin ilmu".

3. Kalimat "Awhasyul Wahsyati al-Ujbu" maknanya adalah hindarilah dari sikap atau perbuatan ujub atau sombong atau takabur. Karena memang, kesombongan itu sangat tidak pantas bagi makhluk dan segenap alam semesta. Tetapi, kesombongan itu hanya milik Tuhan semesta alam yakni Allah swt.

4. Dan yang terakhir kalimat "Akbarul Hasabi Husnul Khuluqi". Wasiat Sayyidina Ali ini sangat se server dengan tujuan Nabi saw diutus yakni untuk menyempurnakan akhlak umat manusia dan juga sebagai uswatun hasanah (tauladan yang baik). Maka, berusahalah untuk berbuat yang baik dalam segala hal niscaya akan mendapatkan balasan yang baik pula.

Itulah empat perkara wasiat dari Sayyidina Ali kepada anaknya, Sayyidina Hasan ra. Semoga menjadi perenungan serta interospeksi diri untuk menjadi insan kamil didunia hatta akhirah. Aamiin

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image