Rabu 30 Jun 2021 08:02 WIB

Abbas: Opini Publik Mulai Bergeser Terkait Konflik Palestina

Negara yang mengkritik Israel dituduh anti-Semitisme

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Foto: AP Photo/Mohamad Torokman
Presiden Palestina Mahmoud Abbas

IHRAM.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan opini publik internasional secara bertahap bergeser ke arah menerima dan mengakui narasi buruk Palestina tentang konflik dengan Israel. Khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, yang disebutnya membiayai Negara Israel.

Dilansir dari Wafa News, Selasa (29/6) negara-negara tersebut dikatakannya memang menuduh siapa pun yang mengkritik Israel dengan sebutan anti-Semitisme. Ditambah mereka mengesahkan undang-undang untuk mendukung hal itu.

Abbas mengatakan hal ini dalam pidato yang direkam pada sesi pembukaan konferensi tentang narasi Zionis yang diadakan melalui konferensi video dengan Universitas Terbuka Al-Quds di Jalur Gaza. Namun menurutnya ada juga dukungan mayoritas kota-kota di Amerika dan Eropa yang menentang pendudukan Israel.

"Ada keyakinan dan pergeseran dalam opini publik dunia dan di tingkat parlemen untuk mempertimbangkan kembali narasi Palestina. Masalah ini membutuhkan kerja lebih lanjut dan mobilisasi untuk menjangkau para pembuat keputusan di semua negara ini,"jelasnya.

"Saya salut dengan upaya yang dilakukan untuk mengadakan konferensi ini, yang menyangkal narasi Zionis yang memalsukan kebenaran dan sejarah, dan yang semua dokumen hingga penelitian mengkonfirmasi bahwa itu adalah produk kolonialisme. Mereka merencanakan dan bekerja untuk menanamkan Israel sebagai sebuah negara,"tambahnya.

Presiden menjelaskan, meskipun Palestina harus menerima penyelesaian bersejarah yang menyakitkan sesuai dengan resolusi 242 dan 338 Perserikatan Bangsa-Bangsa dan penandatanganan Kesepakatan Oslo pada tahun 1993, Israel telah melanggar perjanjian ini dan terus mencuri  tanah. Mereka disebutnya terus membangun pemukiman, dan menciptakan rezim apartheid dan pembersihan etnis dengan kekuatan militer.

“Peristiwa dan pemberontakan Yerusalem telah membuktikan bahwa rakyat Palestina kami, di mana pun mereka berada, adalah orang-orang otentik yang bangga dengan afiliasi dan identitas Palestina mereka.  Seperti yang diketahui semua orang, kita telah menggagalkan apa yang dikenal sebagai kesepakatan abad ini,"ujarnya.

"Kesepakatan Abraham tentang normalisasi adalah ilusi yang tidak akan berhasil karena perdamaian dan keamanan hanya akan tercapai dengan akhir pendudukan dan realisasi hak-hak rakyat Palestina atas kebebasan, kemerdekaan, dan kenegaraan dengan ibu kotanya, Yerusalem,"tambahnya.

Menurutnya, dunia akan mulai melihat Israel dengan jelas jika mau mempelajari sejarah dan tindakannya selama ini. "Saya yakin bahwa kontribusi para peneliti yang berpartisipasi dalam konferensi ini akan memiliki dampak penting dalam mengklarifikasi dan menjelaskan kebenaran tentang mitos dan  narasi palsu dari proyek Zionis yang dibuat oleh negara-negara Barat untuk tujuan kolonial murni,"ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement