Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Nurfaizi Arya Rahardja

Berlalu Lintas Dihadapan Orang Shalat

Agama | Monday, 28 Jun 2021, 10:57 WIB

Pada suatu hari, Ahmad sedang bersantai di teras rumahnya seraya memandangi keindahan langit sambil menggerakan bibirnya dan berkata lirih “Alangkah indah ciptaanmu wahai Yang Maha Pencipta”. Tidak lama setelah itu ia teringat akan ayat yang dibacakan salah satu Ustadznya di Pondok Pesantren.

وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا ۖ وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ

“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”

Ketika mengingat ayat ini, Ahmad langsung teringat akan fungsi langit yang dijelaskan oleh Ustadznya, yang mana langit yang terdiri dari 7 lapisan udara berfungsi sebagai pelindung bumi, semua itu karena atmosfer yang berada di langit yang berfungsi sebagai pelindung bumi dari meteor dan juga benda langit lainnya agar tidak jatuh dan menghantam permukaan bumi, dan masih banyak fungsi lainnya.

Tidak lama setelah itu, ia tersadar dari lamunannya dan mengingat bahwasanya hari ini adalah Hari Jum’at yang mana pada hari ini seluruh Umat Muslim diseluruh dunia mempunyai kewajiban untuk melaksanakan shalat jum’at, kemudian ia pun lekas kembali ke dalam rumahnya dan mempersiapkan diri untuk pergi ke Masjid dekat rumahnya guna melaksanakan shalat jum’at.

Setelah melakukan berbagai persiapan, ia pun bersegera untuk berangkat ke Masjid bersama Ayahnya yang kala itu sudah menunggunya di kursi yang berada di depan pintu rumahnya. Melihat ayahnnya yang sudah menunggu di kursi depan, Ahmad pun segera mendatanginya dan mereka berdua pun berangkat menuju ke Masjid.

Setelah sampai di Masjid, Ahmad dan Ayahnya langsung masuk ke dalam masjid tanpa memasuki tempat wudhu terlebih dahulu, karena sudah menjadi kebiasaannya sebelum ke Masjid mereka berwudhu dahulu di rumah, karena langkahnya menuju ke Masjid akan dihitung sebagai kebaikan. Setelah memasuki Masjid, mereka pun langsung mengisi shaf yang kosong dan langsung mengerjakan shalat tahiyatul masjid. Ketika mereka sedang mengerjakan shalat sunnah, banyak dari para Jama’ah yang lewat di depan mereka dan hal ini membuat Ahmad risih dan mengakibatkan konsentrasinya hilang, tetapi ia mencoba untuk mengembalikan konsentrasinya. Shalat Jum’at pun dimulai, diawali dengan dua kali kumandang adzan dan kemudian dilanjutkan dengan khutbah jum’at dan setelah khutbah kedua selesai, iqomat pun dikumandangkan dan para Jama’ah pun berdiri untuk melaksanakan shalat jum’at.

Dan akhirnya shalat jum’at pun selesai dilaksanakan, setelah berdzikir dan berdo’a, Ahmad dan Ayahnya keluar dari Masjid dan pulang ke rumahnya. Ketika sampai di rumahnya, Ahmad bertanya kepada Ayahnya perihal Jama’ah yang tadi lewat di depannya ketika ia sedang sholat sunnah, dan Ayahnya pun memandang Ahmad seraya memegang pundak Ahmad sambil menjelaskan “Jadi begini nak, menurut para Ulama hukum berjalan di depan orang shalat itu tidak boleh, hal ini didasari dengan Hadist Nabi Muhammad SAW:

لَوْ يَعْلَمُ الْمَارُّ بَيْنَ يَدَيِ الْمُصَلِّي مَاذَا عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِينَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ

“Andaikan seseorang yang lewat di depan orang yang shalat itu mengetahui dosanya perbuatan itu, niscaya diam berdiri selama 40 tahun itu lebih baik baginya dari pada lewat” (HR. Al Bukhari 510, Muslim 507). Wallahu a’lam bish-shawaab.”

Ahmad pun mengangguk dan tersenyum mendengar penjelasan dari Ayahnya, dan ketika melihat respon Ahmad, Ayahnya pun bertanya untuk memastikan “Jadi, Ahmad sudah paham apa yang Ayah jelaskan?”, Ahmad pun mengangguk dan menjawab dengan pasti “Sudah yah, makasih ya Ayah atas penjelasaannya.” Ia menjawab sambil memasang senyum di wajahnya, Ayahnya pun membalas ucapan terima kasih dari anaknya seraya mengucek rambut anaknya hingga berantakan “Sama-sama nak”.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image