Rabu 30 Jun 2021 15:47 WIB

Mengenal Extra Time di Sepak bola

Sistem extra time ini dilakukan untuk menentukan siapa pemenangnya

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Akbar
Reaksi wasit Spanyol Carlos del Cerro Grande selama pertandingan sepak bola babak penyisihan grup F UEFA EURO 2020 antara Prancis dan Jerman di Munich, Jerman, 15 Juni 2021.
Foto: EPA-EFE/Matthias Hangst / POOL
Reaksi wasit Spanyol Carlos del Cerro Grande selama pertandingan sepak bola babak penyisihan grup F UEFA EURO 2020 antara Prancis dan Jerman di Munich, Jerman, 15 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Penggemar olahraga sepak bola tentu sudah tak asing dengan istilah extra time atau perpanjangan waktu. Perpanjangan waktu dilakukan ketika kedua tim bermain imbang di waktu normal yaitu 90 menit.

Biasanya perpanjangan waktu dilakukan di sebuah turnamen ketika masuk fase gugur. Di babak ini pula tak sedikit yang menghadirkan drama-drama paling epik dalam pertandingan sepakbola.

Sistem ini dilakukan untuk menentukan siapa pemenangnya maka kedua tim kembali menjalani pertandingan perpanjangan waktu 2X15 menit. Jika dalam waktu perpanjangan waktu masih bertahan imbang, pemenang biasanya ditentukan lewat adu penalti.

Sistem ini bukan hal baru karena Federasi Sepakbola Inggris (FA) telah menulis babak tambahan dalam paraturannya sejak 1897. Namun butuh waktu untuk menyebarkan aturan tersebut menjadi peraturan yang paten di seluruh dunia.

Namun tahukah Anda bagaimana sejarah perpanjangan waktu dalam sepak bola itu diterapkan? Apa alasan-alasan babak ini dipakai untuk menentukan siapa pemenangnya?

Dilansir dari the Football History Boys, perpanjangan waktu sudah lama diterapkan dalam pertandingan-pertandingan sepak bola Inggris. Pada final Piala FA 1875 merupakan pertandingan besar pertama yang memberlakukan perpanjangan waktu selama 30 menit ketika Royal Engineers melawan Old Etonians.

Bahkan disebutkan perdebatan mengenai penggunakan sistem tersebut sudah terjadi ketika semifinal Piala FA antara Wanderers melawan Queen’s Park sebelumnya. Usulan Wanderers tentang babak tambahan waktu ditolak oleh Queen’s Park yang menginginkan pertandingan ulang.

Wanderers akhirnya melaju ke final karena Queen’s Park tak hadir di pertandingan ulang yang disebabkan biaya perjalanan ke London yang besar. Kompetisi besar pertama yang dimenangkan oleh tim melalui perpanjangan waktu terjadi pada Piala FA 1877 ketika Wanderers memenangkan Piala FA keempatnya hanya dalam enam musim.

Pertandingan ulang yang  masih digunakan waktu itu juga memengaruhi jumlah penonton yang hadir ke stadion. Pada final Piala FA 1901 antara Tottenham Hotspur melawan Sheffield pada pertemuan pertama dihadiri 110.000 penonton.

Namun pada laga ulang jumlah penonton menurun drastis yaitu hanya 20 ribu penggemar. Tren serupa terjadi pada tahun 1902, 1910, 1911 dan 1912. Penggemar dibuat bosan dan lelah ketika harus menyaksikan tiga pertandingan berturut-turut berakhir imbang sehingga harus dilakukan pertandingan ulang.

Permainan negatif pun akhirnya masuk ke dalam permainan. Alasan ini cukup kuat untuk dijadikan dasar pemberlakukan sistem perpanjangan waktu.

Penonton dan jurnalis kemudian sama-sama menuntut standar aturan yang lebih tinggi dalam permainan. Atlet setuju dan menyerukan kembali  agar perpanjangan waktu diterapkan setelah sebelumnya sempat dihentikan.

Perpanjangan waktu semakin populer usai berakhirnya Perang Dunia Pertama. Final Piala FA dan Olimpiade 1920 juga menggunakannya. Piala Dunia 1934 juga demikian. Sistem tersebut sedikit ada penambahan ketika 1970 babak adu penalti diperkenalkan dalam permainan.

Kini, di pentas Euro 2020 yang sudah memasuki babak 16 besar, tiga dari enam pertandingann babak 16 besar pembuka pertandingan harus berlanjut ke babak perpanjangan waktu. Duel itu adalah  Italia melawan Austria, Spanyol versus Kroasia dan Prancis kontra Swiss.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement