Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ikhsan Syifa

Seni Musik dalam Islam

Sastra | Monday, 28 Jun 2021, 20:43 WIB

Kita tentu tak asing lagi dengan rangkaian nada yang kita kenal sebagai musik. Dengan keindahannya itu ia dimasukkan sebagai seni yang bisa dinikmati karena bisa menghibur. Tentu saja sebagai manusia, pasti tidak bisa dilepaskan dari musik. Begitu pula dalam islam. Ada berbagai pembahasan yang masih terkesan pro dan kontra atas halal atau tidaknya musik dalam Islam. Namun sebelum menetapkan, perlu adanya kita mengerti bagaimana pendapat-pendapat yang menilai seni terutama musik dalam berbagai sudut pandang.

Benar saja, seni musik masih menjadi perdebatan hukum Islam dalam menetapkan kebolehan (kehalalan)nya untuk menjadikannya sebagai media informasi dan hiburan. Tulisan ini didasarkan atas telaahan terhadap beberapa kitab Tafsir dan Hadits yang ditulis oleh para ulama terkemuka. Beberapa ulama berpendapat dibolehkannya musik dengan beberapa syarat.

Ditemukan pula pendapat terkait haramnya musik. Dikatakan, bahwa seni musik diharamkan jika digunakan untuk hiburan yang mengundang maksiat dan mengarah kepada perbuatan dosa.

Islam merupakan agama universal dan eternal serta sempurna, yang diturunkan oleh Allah guna memberikan petunjuk dan rahmat bagi umat manusia untuk menjalankan fungsinya dalam kehidupan guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Dalam perspektif Islam, peranan manusia tidak lain adalah sebagai khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi yang bertugas untuk mewujudkan pesan Islam yaitu rahmatan lil’alamin dan Abdullah yang senantiasa harus beribadah kepada-Nya, yang dalam arti luas identik dengan aktivitas batin dan aktivitas fisik manusia dalam rangka berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta.

Di dalam kebudayaan, ada cultural universals, yang meliputi bidang sosial, politik, ekonomi, iptek, filsafat dan seni. Dengan demikian setidaknya kesenian juga mendapat perhatian dalam Islam. Terutama dalam seni musik.

Ada beberapa petunjuk Alquran tentang kesenian, antara lain :

1. Islam adalah agama fitrah, agama yang sesuai dengan fitrah manusia (Q.S.30:30). Kesenian bagi manusia adalah termasuk Fitrahnya. Kesanggupan berseni pulalah yang membedakan manusia dari makhluk Tuhan lainnya.

2. Allah itu mempunyai sifat-sifat yang baik (Q.S. 7 : 180), seperti Jamal, (Maha Indah), Jalal (Maha Agung) dan Kamal (Maha Sempurna), manusia mengemban misi sebagai wakil Tuhan, yang harus merealisasikan sifat-sifat Tuhan , sebatas kemampuannya. Di sini manusia bertemu dengan kesenian.

Dengan berpegang pada dua prinsip di atas, kesenian pada dasarnya (menurut hukum Islam) adalah mubah dan jaiz. Seni pada dasarnya netral. Karena netral, maka seni bisa dijadikan sebagai sarana untuk mencapai kebaikan (amal salih), sekaligus bisa pula diarahkan kepada kerusakan. Islam memandang kesenian sebagai ibadah, jika dilakukan dalam kerangka etika.

Di dalam Islam, dapat ditemukan gejala-gejala kesenian. Bahkan Alquran sebagai sumber ajaran Islam, mengandung nilai sastra yang kalau diukur dari sudut kesenian, sangat sempurna. Dalam membaca al-Quran kita juga mengenal adanya musik. Dalam pembacaan al-quran sehari hari misalnya, kita dapat temui qari-qarian dengan menyatukan musik dalam pembacaan al-quran.

Dalam bermusik ada norma yang harus dipegang agar tidak menyalahi ajaran islam. Karna dalam Islam hal yang berlebihan tidaklah baik maka norma-norma tersebut seperti janganlah menyanyikan lagu-lagu yang berisikan kata-kata yang tidak sopan. Tentu tidak pas.

Gunakanlah musik menjadi salah satu media dakwah atau penyampai pesan-pesan al-Qur’an sehingga kita dapat merasakan manfaatnya dan juga menjadi pengingat kita. Juga sebagai tempat mengasah qalbu. Musik juga mengandung sisi keindahan dan bisa menyenangkan.

Menurut Y Sumandiyo Hadi (2006, hlm. 269) sebagaimana keindahan, “kesenangan” juga merupakan sifat relatif bagi manusia. Kesenangan terletak pada hubungan yang terdapat antara objek dengan manusianya. Sehubungan dengan masalah yang dibicarakan, orang merasa senang karena objek keindahan yang ditangkap memenuhi seleranya. Kegiatan ini lebih ditangkap sebagai suatu pengungkapan senang.

Dalam al-Quran disebutkan

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengeta hui orangorang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. an-Naḥl[16]: 125)

Sebagaimana telah disebutkan dalam ayat di atas, jelas ada tiga strategi yang dilakukan untuk melaksanakan dakwah, yaitu: Hikmaħ (dengan kebijaksanaan), Maw’izaħ Ḥasanaħ (Nasihat-nasihat yang baik), Mujadalaħ bil latī ħiya aḥsan (Diskusi dengan cara yang baik).

Dakwah akan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku melalui komunikasi yang dilakukan dengan penuh kesungguhan oleh umat Islam, sehingga pesan-pesan ajaran Islam sampai kepada sasaran dengan tepat. Dan tujuan dari dakwah itu sendiri bisa terwujud untuk mencapai terbentuknya masyarakat Islami, yang pada akhirnya mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (Munir 2009, hlm. 160).

Dengan demikian solusi yang ditawarkan adalah dakwah yang dilakukan melalui seni Islami, karena sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa seni itu sangat disukai sekali oleh berbagai kalangan terutama seni musik. Musik dan dakwah merupakan naluri manusia sejak ia dilahirkan, oleh sebab itu beruntunglah bagi mereka yang bisa melakukan hal itu di saat ia dewasa. Sejak dilahirkan, Allah swt telah membekali manusia dua belah otak. Otak kiri adalah bagian otak yang berhubungan dengan fungsi berfikir, sedangkan orak kanan berhubungan dengan fungsi intuisi.

Bahkan menurut Kate dan Richard Mucci dalam bukunya yang berjudul The Healing Sound of Music (dalam Syukur, 2012, hlm. 87) ia telah mengadakan berbagai eksperimen tentang penyembuhan penyakit melalui musik. Hasil percobaannya mampu mencengangkan dunia ilmu kedokteran yang serba material. Dengan musik harpanya, ia mampu memberantas kanker ganas pada beberapa penderita kanker di Amerika. Melalui proses memainkan dan mendengarkan alat musik tersebut, otak akan terangsang kearah positif, dan perasaan akan menjadi tenang. Ketenangan dan semangat hidup yang kuat akan menentukan kesembuhan penyakit lebih cepat daripada keputusasaan.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Islam sebagai agama yang sempurna tentunya mengandung segala aspek yang dibutuhkan oleh manusia termasuk didalamnya seni musik Islami yang diharapkan bisa memberikan sumbangsih positif bagi penanaman nilai-nilai agama pada setiap individu. Ini bisa menjadi alternatif bagi umat muslim agar bisa mendapatkan syiar-syiar Islam yang tentunya tanpa menghilangkan esensi majelis ilmu sebagai tempat untuk menuntut ilmu.

Adapun dalam memilih dan menyukai aliran musik, tentunya harus bersifat selektif, karena ada beberapa aliran musik yang tidak baik untuk diperdengarkan. Yang mengundang maksuiat dan melalaikan. Namun musik bisa menjadi metode dalam menyampaikan pesan pesan Islam.

Metode yang menggunakan bentuk hiburan pertunjukkan seni musik bisa disebut metode bi al-Ḥikmaħ dengan menyampaikan hikmah-hikmah melalui lagu-lagunya. Dengan dakwah seperti ini tentu bisa diterima dan dapat memasuki ruang-ruang yang tidak bisa dimasuki lewat mimbar-mimbar semisal gang gang anak jalanan atau tongkrongan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image