Kamis 01 Jul 2021 17:05 WIB

Myanmar Berencana Beli 7 Juta Dosis Vaksin Rusia

Sebelumnya, Myanmar hanya berencana membeli dua juta dosis vaksin Rusia.

Sebelumnya, Myanmar hanya berencana membeli dua juta dosis vaksin Rusia.
Foto: EPA
Sebelumnya, Myanmar hanya berencana membeli dua juta dosis vaksin Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Myanmar sedang bernegosiasi untuk membeli tujuh juta dosis vaksin Sputnik dari Rusia. Saat ini, Myanmar sedang berupaya mengatasi gelombang baru infeksi virus corona.

Dalam wawancara dengan kantor berita Rusia RIA, Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan setelah awalnya berencana untuk membeli dua juta dosis. Myanmar berencana akan membeli tujuh juta dosis vaksin.

Baca Juga

"Kami telah melakukan negosiasi untuk membeli lebih banyak dari Rusia," kata Min Aung Hlaing seperti dikutip dari laporan tersebut, dilansir reuters, Kamis (1/7).

Dia tidak mengatakan apakah itu vaksin Sputnik V atau vaksin Sputnik Light satu suntikan. Pemimpin junta, yang baru saja kembali dari perjalanannya ke Rusia, mengatakan negara tetangga India, yang awalnya memasok sebagian besar vaksin Myanmar, tidak dapat memberikan lebih banyak dosis karena sedang menghadapi wabah di dalam negeri.

"China juga telah mengirimkan beberapa vaksin dan kami juga telah menggunakannya. Kami juga akan melanjutkan negosiasi dengan China," kata Min Aung Hlaing.

Myanmar telah mencatat 155.697 kasus COVID-19 dan 3.320 kematian sejak awal pandemi, menurut data kementerian kesehatan. Tetapi infeksi yang dilaporkan telah melonjak bulan ini, meningkatkan kekhawatiran akan gelombang yang jauh lebih besar. 

Banyak dari infeksi baru telah dilaporkan dari dekat perbatasan Myanmar dengan India. Beberapa ahli kesehatan mengatakan tingkat infeksi sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi mengingat kegagalan pengujian sejak kudeta 1 Februari.

Petugas kesehatan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk memprotes penggulingan penguasa terpilih Aung San Suu Kyi, yang pemerintahannya telah mengendalikan dua gelombang infeksi COVID-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement