Senin 05 Jul 2021 14:31 WIB

Cara Sahabat Nabi Abu Lubabah Menebus Dosanya

Abu Lubabah mengikatkan dirinya pada salah satu tiang.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Abu Lubabah adalah salah seorang pahlawan Muslimin.
Foto: Blog.reuters.com
Abu Lubabah adalah salah seorang pahlawan Muslimin.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Para Muslim pada periode pertama (golongan para sahabat) diberi kelebihan oleh Allah dengan keimanan yang tangguh sehingga mereka rela membela Islam dengan pengorbanan harta dan nyawa. Kisah para sahabat Nabi Muhammad Saw tercatat dalam kitab Tarikh ath-Thabari. Salah kisah yang paling mengagumkan adalah kisah Abu Lubabah.

Isnaeni Fuad mengatakan dalam bukunya berjudul Bercanda Bersama Rasulullah, suatu hari Rasulullah pernah memimpin ekspedisi untuk menundukkan perlawanan Bani Quraidhah. Bani Quraidhah dikepung hingga akhirnya mereka menyerah. Karena merasa tidak ada keberanian, para pemimpin Bani Quraidhah meminta utusan kaum Muslimin guna menyelesaikan masalah mereka. Akhirnya, terpilihlah Abu Lubabah bin Abi Mundzir al-Anshari.

Sampai di perkampungan Bani Quraidhah, Abu Lubabah dikelilingi penduduk yang ingin mengetahui nasib mereka. Melihat pemandangan penduduk yang serba ketakutan, hati Abu Lubabah menjadi iba.

Menurut perkiraannya, kaum Yahudi Quraidhah telah menyerah total. Namun, tak disangka, di tengah perundingan, ada pemimpin Bani Quraidhah yang bersikap sombong dan berani menanyakan “Hai Abu Lubabah! Bagaiaman pendapatmu jika kami melepaskan diri dari kekuasaan Muhammad?”

Pertanyaan itu membuat Abu Lubabah kesal dan dijawab dengan isyarat tangan di leher sambil berkata “Leher kalian akan dipenggal.” Setelah meninggalkan perkampungan itu, ia baru sadar apa yang diucapkannya sama seperti pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya sehingga ia pulang ke Madinah dengan perasaan yang amat menyesal.

Abu Lubabah tidak langsung pulang ke rumah tapi menuju masjid dan mengikatkan dirinya pada salah satu tiang. Dia berjanji tidak akan melepaskan ikatan itu sebelum Allah membebaskan dosanya dari perbuatan yang ia telah lakukan. Beberapa sumber riwayat mengatakan Abu Lubabah mengikatkan dirinya di tiang masjid selama enam hari.

Jika waktu shalat tiba, istrinya datang membuka ikatannya. Setelah shalat, ia kembali diikatkan seperti semula. Saat Rasulullah diberi tahu tentang kondisi Abu Lubabah, dia sengaja membiarkannya. Hingga akhirnya Allah menerima tobat Abu Lubabah saat turun firman Allah surat At-Taubah ayat 102:

وَاٰخَرُوْنَ اعْتَرَفُوْا بِذُنُوْبِهِمْ خَلَطُوْا عَمَلًا صَالِحًا وَّاٰخَرَ سَيِّئًاۗ عَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّتُوْبَ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan (ada pula) orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Setelah turun wahyu tersebut, Rasulullah memberi tahu kabar ini kepada istri Abu Lubabah, Ummu Salamah. Istrinya segera memberi tahu kabar gembira ini. Beberapa saat kemudian Rasulullah melepaskan ikatan tangannya. Di samping rasa penyesalan yang hilang, Abu Lubabah juga bangga karena telah turun ayat Alquran khusus mengenai dirinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement