Rabu 07 Jul 2021 14:11 WIB

Dosis Ketiga Vaksin Nakes, Kemenkes Tunggu Rekomendasi ITAGI

Kemenkes mengaku terbuka dengan usulan vaksin ketiga untuk nakes dari IDI.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.
Foto: DOk BNPB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dirjen P2P) Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku terbuka dengan usulan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar para tenaga kesehatan (nakes) mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga. Namun, Kemenkes mengaku menunggu rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) sebelum memberikan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga untuk tenaga medis.

"Kami tunggu rekomendasi ITAGI dan juga kajian terkait data data yang ada, karena sampai saat ini hasil uji klinis atau publikasi dosis ketiga kan belum ada," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Rabu (7/7).

Baca Juga

Sebelumnya, IDI pun mengusulkan agar para nakes mendapat vaksin dosis ketiga. Permintaan ini disampaikan langsung Wakil Ketua Umum PB IDI Slamet Budiarto di hadapan Menkes Budi Gunadi dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR secara virtual. 

Ia mengatakan sudah banyak nakes yang berguguran walaupun telah divaksin dosis kedua dengan Sinovac. "Banyak tenaga kami tenaga dokter itu menderita sakit COVID-19 walau sudah divaksin 2 kali dan yang meninggal juga ada," kata Slamet, Senin (5/7).

Slamet pun mempertanyakan efikasi vaksin Sinovac yang menjadi dasar pemerintah dalam vaksinasi nakes pada tahap awal Januari 2021 Menurutnya, para nakes seharusnya diberi perlindungan ekstra, termasuk vaksin dosis ketiga.

"Kami tidak tahu efikasi Sinovac yang sebenarnya versi WHO menyatakan efikasi ini 51 persen tapi versi kita 65 persen. Kemudian di Brasil juga 50 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement