Rabu 07 Jul 2021 14:58 WIB

Wapres Dorong Generasi Milenial Masuk Perbankan Syariah

Wapres minta generasi milenial masuk pasar bank syariah.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Muhammad Hafil
  Wapres Dorong Generasi Milenial Masuk Perbankan Syariah. Foto: Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: Islamitijara.com
Wapres Dorong Generasi Milenial Masuk Perbankan Syariah. Foto: Ekonomi syariah (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA-- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong generasi milenial untuk masuk ke pasar perbankan syariah. Wapres menilai generasi milenial memiliki potensi yang dapat mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, bersama upaya lainnya.

"Beberapa solusi yang dapat menjawab penetrasi pasar perbankan Syariah saat ini antara lain, pentingnya generasi milenial untuk masuk ke pasar perbankan Syariah," kata Wapres saat memberi keynote speaker di acara PT Bank Aladin Syariah, Rabu (7/7).

Baca Juga

Wapres mengungkapkan, ini karena potensi generasi penduduk Indonesia yang saat ini didominasi oleh generasi Z (atau i-Generation) yaitu sekitar 27,94 persen dan generasi milenial sebesar 25,87 persen.

Wapres menyebut, dua generasi ini saat ini cenderung memiliki minat yang besar untuk memilih gaya hidup yang sesuai dengan agama dan keyakinannya. Wapres melanjutkan, apalagi sesuai hasil riset Inventure Knowledge tahun 2020 tentang Millennial Muslim Megashifts yang menyimpulkan, generasi Gen-Sy (Gen-si) didominasi anak muda yang akrab dengan produk dan layanan perbankan Syariah.

 

"Survey tersebut juga disimpulkan bahwa setelah terjadinya pandemi Covid-19 mayoritas publik 58,8 persen cenderung lebih religius dan lebih memilih lembaga keuangan dengan  prinsip Syariah,"  ungkapnya.

Selain itu, dua generasi ini juga telah melek internet sejak usia dini sehingga potensi masuk ke pasar perbankan syariah juga terbuka. Hal ini juga ditambah dengan perkembangan teknologi internet, yang dibarengi terjadinya pandemic Covid-19.

"Pandemi ini telah mendorong perubahan prilaku masyarakat Indonesia terhadap penggunaan sistem digital yang menjadi suatu kebutuhan karena dinilai lebih mudah dan murah. Dimulai dari kebutuhan rumah tangga, pendidikan, menjalankan usaha atau bisnis, dan juga berbagai transaksi perbankan," katanya.

Ia menyebut berdasarkan kajian Transformasi Perbankan Syariah yang disusun pada tahun 2018 oleh OJK, terdapat beberapa isu strategis yang masih menghambat akselerasi pertumbuhan bisnis perbankan syariah. Antara lain belum adanya diferensiasi model bisnis yang signifikan;

kualitas dan kuantitas SDM yang kurang optimal; rendahnya tingkat literasi dan inklusi; layanan perbankan Syariah yang kurang kompetitif jika dibandingkan produk dan layanan perbankan konvensional.

Karena itu, selain mendorong generasi milenial masuk pasar perbankan syariah, perlu upaya lainnya seperti, penyediaan produk dan layanan perbankan syariah yang kompetitif, distribusi kanal digital agar lebih mudah diakses masyarakat.

"Juga produk yang menyesuaikan dengan gaya hidup masyarakat sehari-hari, kemudahan transaksi dan interaksi untuk nasabah, dan jaringan mitra yang luas," ungkapnya.

Wapres menjelaskan pangsa pasar perbankan syariah terdapat peningkatan, walaupun masih terbilang rendah. Yaitu dari kisaran angka 5,7 persen di tahun 2017, kemudian meningkat dan mencapai angka 6,5 persen di tahun 2020 dari total perbankan nasional.

Angka tersebut kata Wapres, menjelaskan masih tersedia ruang yang cukup luas untuk mengembangkan perbankan syariah di Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement