Kamis 08 Jul 2021 18:55 WIB

Mengejar Kebutuhan Oksigen Hingga 1.700 Ton per Hari

Kemenperin telah ditugaskan memenuhi kebutuhan oksigen medis.

Pekerja menata tabung oksigen di stasiun pengisian oksigen Samator, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (8/7/2021). Meningkatnya kasus penularan COVID-19 di Yogyakarta berimbas pada melonjaknya kebutuhan oksigen medis hingga tiga kali lipat.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Pekerja menata tabung oksigen di stasiun pengisian oksigen Samator, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (8/7/2021). Meningkatnya kasus penularan COVID-19 di Yogyakarta berimbas pada melonjaknya kebutuhan oksigen medis hingga tiga kali lipat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Sapto Andika Candra, Antara

Pemerintah memperkirakan kebutuhan suplai oksigen akan terus meningkat mencapai 1.700 ton per hari pada 20 Juli 2021 mendatang. Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, mengatakan, peningkatkan kebutuhan suplai oksigen ini mengacu angka kasus Covid-19 yang terus bertambah tiap hari.

Baca Juga

"Dengan penambahan kasus yang tinggi setiap hari, maka suplai oksigen yang dibutuhkan diperkirakan akan terus meningkat sampai dengan sekitar 1.700 ton oksigen per hari di tanggal 20 Juli 2021," kata Dedy, saat menyampaikan keterangan pers harian PPKM Darurat, Kamis (8/7).

Dedy melanjutkan, dengan tambahan kasus Covid-19 hari ini yang kembali menyetak rekor tertinggi yakni 38.391 kasus, juga akan menambah kebutuhan konsentrator oksigen sebanyak 4.700. Dedy mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut Koordinator PPKM Darurat Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah minta Kementerian Perindustrian untuk segera merealisasikan ketersediaan oksigen dan menemukan solusi terbaik bagi permasalahan produksi oksigen, iso tank dan tabung oksigen.

"Sehingga dengan demikian kita harap semua dapat berjalan maksimal pada Minggu 11 Juli 2021," kata Dedy.

Ia melanjutkan, Koordinator PPKM Darurat juga sudah meminta Kemenperin untuk menyiapkan tiga kapal untuk memastikan ketersediaan liquid oksigen, yang dapat dipenuhi melalui pasokan industri lokal maupun dengan cara impor. Pemerintah juga mendatangkan 7.100 unit konsentrator oksigen dan menyiapkan tujuh unit generator oksigen.

"Pesan koordinator PPKM Darurat jelas dan tegas, mudahkan semua aturan untuk kelancaran suplai oksigen dan harus sesuai dengan acuan harga yang telah ditetapkan, tidak ada korupsi, hukuman pasti menanti bagi mereka yang melanggar hukum dan hukuman akan diperberat apabila mereka mengeksploitasi penderitaan masyarakat Indonesia," kata Dedy.

Ia menambahkan, Kementerian Kesehatan juga sedang bekerja keras untuk segera memenuhi kebutuhan obat-obatan. Kemudahan seperti penyediaan mekanisme Skema Akses Spesial atau SAS akan disiapkan segera oleh Badan POM untuk memudahkan akses terhadap obat tersebut.

"Upaya dan ikhtiar kita untuk mengadakan obat-obatan dan oksigen ini akan menambah tingkat kesembuhan yang sekarang berada di kisaran 82 persen. Kami ingatkan bahwa tingkat kesembuhan kita pernah di atas 90 persen," katanya.

Dedy memastikan, pemerintah tidak hanya akan mempercepat pengadaan obat dan oksigen tetapi juga telah meminta Kabareskrim Polri untuk menyelidiki potensi penimbunan obat-obatan. "Sekali lagi, mereka yang menari di atas penderitaan orang banyak adalah musuh bagi masyarakat," tegasnya.

Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan Indonesia bisa belajar dari India soal distribusi oksigen. India mendistribusikan oksigen memanfaatkan jalur kereta api yang bebas hambatan.

"(Jalan raya) sering berhenti dan macet. India bikin satu jalur cuma buat bawa oksigen saja. Ekspres. Itu untuk menunjukkan bahwa ini prioritas," katanya, saat menjadi pembicara dalam agenda Diskusi Penanganan Covid-19 di Indonesia yang diselenggarakan LKBN ANTARA secara virtual di Jakarta, Kamis.

Menurut Tjandra, jumlah jaringan kereta api di India merupakan salah satu yang paling banyak di dunia, sehingga diyakini bisa lebih efektif menjangkau berbagai lokasi tujuan. Mantan Direktur WHO Asia Tenggara 2018-2020 itu mengatakan cara lainnya yang dilakukan India selama menghadapi krisis oksigen adalah mendorong produsen maupun kalangan industri untuk memprioritaskan pasokan oksigen mereka pada masalah kesehatan.

"Sama seperti yang sudah dilakukan di Indonesia. Semua oksigen industri hanya boleh untuk keperluan medis saja," katanya.

Upaya lainnya adalah melibatkan kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di India untuk berperan aktif membantu pemerintah setempat dalam pengadaan oksigen bagi kebutuhan masyarakat. Tjandra menambahkan permintaan oksigen untuk kebutuhan pasien Covid-19 di Indonesia sedang meningkat.

"Beberapa rumah sakit yang saya tahu juga berhubungan dengan kebutuhan oksigen. Salah satunya rumah sakit di Jakarta dan dia cerita kebutuhan dia tadinya 170 tabung sehari, sekarang dia butuh 300-400 tabung sehari. Jadi kebutuhan bisa naik 3-4 kali lipat," katanya.

Masalah kelangkaan oksigen, kata Tjandra, merupakan dampak dari perilaku masyarakat yang abai pada protokol kesehatan sehingga memicu lonjakan kasus Covid-19. "Kelangkaan oksigen kan ujungnya. Kalau penularan di masyarakat tidak disetop, maka mau ditambah berapa banyak oksigen tidak akan cukup juga. Perlu upaya PPKM Darurat sehingga jumlah kasus turun dan penggunaan oksigen bisa diturunkan," katanya.

Indonesia terus berupaya menekan angka penularan akibat Covid-19 dengan sejumlah cara. Tingginya kasus juga menyebabkan tingginya angka kematian.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tingginya angka kematian merupakan imbas dari lonjakan penambahan kasus positif yang sangat signifikan. Pemerintah, ujarnya, terus mengupayakan solusi untuk menekan angka penularan dan mengurangi kematian akibat Covid-19.

Angka kematian masyarakat akibat Covid-19 terus menanjak. Pada Rabu (7/7) kemarin, rekor tercatat dengan 1.040 kematian dalam satu hari, tertinggi selama pandemi melanda Indonesia.

"Dengan meningkatkan kapasitas fasilitas kesehatan secara terus menerus. Selain itu menambah kapasitas fasilitas kesehatan, upaya yang terbaik dilakukan adalah menjamin pasien ditangani sedini mungkin dan menjamin penerapan manajemen kesehatan yang baik dan merata secara nasional," ujar Wiku dalam keterangan pers, Kamis (8/7).

Solusi lain yang diupayakan adalah menambah jumlah tenaga kesehatan yang bertugas merawat pasien Covid-19. Pemerintah juga melakukan distribusi pasien sesuai dengan gejala yang dialami, baik ringan, sedang, berat, atau kritis. Pemda juga sudah berkoordinasi dengan rumah sakit di daerah untuk membuat RS darurat dan melakukan konversi tempat tidur, dari reguler menjadi khusus Covid-19.

"Saya juga ingin ingatkan apabila ada anggota masyarakat merasa gejala mirip Covid-19, segera pergi ke puskesmas terdekat. Jika setelah didiagnosis positif dan gejalanya ringan, maka lakukanlah isolasi mandiri segera dengan komunikasi intensif dengan puskesmas setempat untuk pengawasannya," ujar Wiku.

Seperti diketahui, angka kematian akibat Covid-19 memang terus menanjak. Pada Kamis (8/7) ini dilaporkan ada 852 orang meninggal dunia dengan status positif Covid-19. Sementara pada Rabu (7/7) kemarin, angka kematian menyentuh rekor yakni tembus 1.000 orang dalam sehari.

photo
Harga eceran obat tertinggi dalam masa pandemi Covid-19. - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement