Jumat 09 Jul 2021 13:15 WIB

Muhammadiyah Minta Umat Lebih Sabar dan Tegar Hadapi Pandemi

Indonesia tengah berada pada tahun duka cita.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Muhammadiyah Minta Umat Lebih Sabar dan Tegar Hadapi Pandemi. Kerabat berduka setelah pemakaman orang tua mereka yang meninggal dengan COVID-19 di pemakaman yang didedikasikan untuk korban COVID-19 di Jakarta, Indonesia, 7 Juli 2021.
Foto: EPA-EFE/ADI WEDA
Muhammadiyah Minta Umat Lebih Sabar dan Tegar Hadapi Pandemi. Kerabat berduka setelah pemakaman orang tua mereka yang meninggal dengan COVID-19 di pemakaman yang didedikasikan untuk korban COVID-19 di Jakarta, Indonesia, 7 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus Covid-19 terus bertambah setiap harinya. Kabar duka orang-orang terdekat meninggal setelah terpapar Covid-19 pun semakin sering terdengar.

Tak sedikit masyarakat yang terpukul mentalnya karena jumlah kematian akibat Covid-19 yang terus bertambah. Karena itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu'ti mengajak umat meningkatkan kesabaran dalam menghadapi pandemi yang belum berakhir ini.

Baca Juga

Menurutnya, Indonesia tengah berada pada tahun duka cita (am al huzn), sebab lebih dari 61 ribu orang telah meninggal dunia karena Covid-19. "Kita berada dalam kondisi yang tidak biasa. Sikap kita dalam menghadapi pandemi ini adalah sabar dan tegar. Akan tetapi, sabar itu bukanlah sikap pasif. Sabar adalah proses aktif dimana kita melakukan muhasabah atas terjadinya pandemi dan dampak yang ditimbulkan. Situasi ini merupakan momentum untuk kita memperbaiki diri dan memperbaiki kualitas kehidupan bangsa," kata Prof Mu'ti kepada Republika.co.id, Jumat (9/7).

Ia mengatakan pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi setiap anak bangsa khususnya umat Muslim untuk saling membantu, tolong menolong (taawun), dan bergotong royong meringankan penderitaan sesama. Menurut Prof Mu'ti, mereka yang meninggal dunia juga meninggalkan masalah sosial yang tidak sederhana.

Selain masalah ekonomi, muncul masalah sosial seperti banyaknya anak yatim, piatu, dan yatim piatu.  "Sebaiknya masyarakat lebih fokus pada bagaimana mengatasi masalah pandemi Covid-19.  Berbagai bentuk provokasi dan disinformasi yang banyak beredar di media sosial sudah seharusnya dihentikan. Berita hoaks dan provokatif berpotensi memecah-belah umat dan bangsa. Sekarang waktunya kita bekerja dan bekerja sama untuk mengatasi masalah," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement