Rabu 14 Jul 2021 08:01 WIB

Bangladesh Cabut Lockdown Jelang Idul Adha

Kelompok ahli kesehatan menentang pelonggaran karantina pada Idul Adha di Bangladesh

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Suasana daerah Shahbagh saat hari pertama pemberlakuan lockdown di Dhaka, Bangladesh, Senin (28/6). Pihak berwenang Bangladesh memberlakukan lockdown total secara nasional karena terjadinya peningkatan lonjakan kasus Covid-19. EPA-EFE/MONIRUL ALAMPutra M. Akbar
Foto: EPA
Suasana daerah Shahbagh saat hari pertama pemberlakuan lockdown di Dhaka, Bangladesh, Senin (28/6). Pihak berwenang Bangladesh memberlakukan lockdown total secara nasional karena terjadinya peningkatan lonjakan kasus Covid-19. EPA-EFE/MONIRUL ALAMPutra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh akan mencabut aturan karantina wilayah atau lockdown secara nasional pada Hari Raya Idul Adha. Pencabutan lockdown dilakukan ketika infeksi virus corona melonjak ke level tertinggi.

Kabinet pemerintahan Bangladesh mengatakan, semua pembatasan akan dilonggarkan mulai Kamis (15/7) esok. Sementara, perayaan Idul Adha akan digelar mulai 20 hingga 22 Juli.

Baca Juga

"Penghapusan pembatasan akan menormalkan kegiatan ekonomi menjelang perayaan,"  ujar pernyataan pemerintah, dilansir Aljazirah, Rabu (14/7).

Idul Adha biasanya identik dengan mudik. Warga Bangladesh yang bekerja di perkotaan akan pulang ke kampung mereka untuk merayakan Idul Adha bersama keluarga.

Bangladesh memberlakukan karantina paling ketat pada awal bulan, ketika kasus dan kematian akibat Covid-19 naik ke rekor tertinggi. Selama karantina, warga hanya diizinkan meninggalkan rumah untuk keadaan darurat dan membeli kebutuhan pokok. Sementara transportasi umum, toko, dan kantor tutup.

Jumlah kasus Covid-19 di Bangladesh terus meningkat. Pada Senin (12/7), Bangladesh mencatat 14 ribu kasud baru virus corona dan mencapai rekor kasus harian tertinggi. Sementara jumlah kematian akibat Covid-19 meningkat di atas 16.600.  

Kepala Komite Kesehatan Bangladehs Mohammad Shahidullah, memberi saran kepada pemerintah tentang cara mengelola pandemi. Dia mengatakan kelompok ahli kesehatan menentang pelonggaran karantina pada Idul Adha.

"Para ahli berpendapat bahwa karantina ketat ini harus dilanjutkan sampai ada tren penurunan infeksi. Di tengah karantina, ada tren peningkatan infeksi dan kematian.  Tingkat infeksinya masih sangat tinggi," kata Shahidullah. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement