Jumat 16 Jul 2021 17:00 WIB

Hikmah dan Pendekatan Menyikapi Pandemi Covid-19

Manusia harus berikhtiar melawan covid-19.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Hikmah dan Pendekatan Menyikapi Pandemi Covid-19. Foto: ilustrasi covid-19.
Foto: Pixabay
Hikmah dan Pendekatan Menyikapi Pandemi Covid-19. Foto: ilustrasi covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kabar duka orang-orang yang meninggal setelah terpapar Covid-19 semakin sering terdengar belakangan ini. Ada dari kalangan pejabat daerah, arits, ulama, dan masyarakat umum. Bahkan teranyar bayi yang baru lahir di Sukabumi meninggal dunia usai terkonfirmasi positif terpapar Covid-19. 

Masyarakat khususnya umat Muslim pun diminta untuk menyikapi peningkatan kasus Covid-19 dan lonjakan angka kematian dengan tenang, berpasrah diri pada Allah seraya terus melakukan ikhtiar mencegah semakin banyaknya yang terpapar Covid-19. Pakar tafsir Alquran yang juga Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahsin Sakho Muhammad mengatakan setiap musibah termasuk pandemi Covid-19 yang juga terjadi Tanah Air sudah tercatat di lauhulmahfudz. Kesadaran bahwa segala sesuatu termasuk ajal telah ditakdirkan Allah akan membuat seseorang terhindar dari depresi ketika mendapat kabar duka orang yang meninggal karena Covid-19. 

Baca Juga

Kiai Ahsin mengatakan ada tiga pendekatan yang bisa menjadi pedoman umat dalam menyikapi pandemi Covid-19 dan meningkatnya angka kematian akibat Covid-19. Dari pendekatan sejarah, umat perlu mengambil hikmah bahwa wabah yang tak kalah mematikan dari Covid-19 pernah terjadi dan menimpa umat manusia terdahulu. Kendati begitu wabah yang menimpa manusia pada kurun masa tertentu itu mengalami akhir. Dari pendekatan keagamaan, menurut Prof Ahsin manusia harus menyadari segala yang terjadi semuanya atas kehendak Allah. 

Pandemi Covid-19 bisa merupakan sanksi Allah SWT kepada orang-orang yang melupakan-Nya karena terlena akan kehidupan dunia, atau juga sebagai peringatan Allah agar manusia tidak angkuh dan sombong akan ilmu pengetahuan dan segala hal yang diperoleh. Pandemi Covid-19 juga bisa menjadi anugerah bagi Muslim yang taat karena Allah menyiapkan pahala besar sebagai buah kesabaran, serta ganjaran derajat syahid bagi mukmin yang meninggal karena Covid-19. Dengan begitu, seorang Muslim akan terhindar dari keputusasaan dan depresi.

"Boleh jadi Allah ingin berikan anugerah terutama untuk umat Muslim, makanya banyak yang meninggal syahid. Orang yang betul-betul sabar terhadap musibah semacam ini, yakin bahwa semuanya dari Allah, hidup dan mati datangnya dari Allah, mereka akan tenang. Mereka yang meninggal karena corona itu syahid, " kata kiai Ahsin kepada Republika beberapa waktu lalu.

Pada sisi lain kiai Ahsin juga mengajak umat untuk menyikapi pandemi Covid-19 dengan pendekatan sosial. Ia mengajak dalam situasi ini agar umat lebih meningkatkan kepedulian untuk menolong orang-orang yang terpapar Covid-19 misalnya dengan memberi bantuan tabung oksigen, donor plasma konvalesen, dan lainnya. Serta membantu masyarakat yang ekonominya terpuruk akibat Covid-19 dengan bantuan-bantuan baik langsung maupun melalui lembaga filantropi dan kemanusiaan. Kiai Ahsin menyerukan agar umat memperbanyak sedekah dan terus memupuk rasa optimis dapat lulus dari ujian berupa pandemi Covid-19. 

Kiai Ahsin juga mengajak umat untuk banyak bermuhasabah dan mensyukuri setiap nikmat khususnya berupa kesehatan yang telah diberikan Allah. Ia juga mengimbau umat agar menjaga kesehatan dan mematuhi protokol pencegahan Covid-19. Sebab menurutnya itu merupakan ikhtiar agar terhindar dari terpapar Covid-19. 

"Bersabarlah dan bersyukur karena itu mendatangkan pahala dan kenikmatan yang berlipat. Kalau sudah begitu enak hidup kita menyikapi situasi ini, toh kita berasal dari Allah, kalau Allah memanggil itu merupakan hak prerogatif Allah," katanya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement