Ahad 18 Jul 2021 19:58 WIB

Saatnya Masjid Manfaatkan Teknologi Digital

Republika gelar workshop Masjid Go Digital

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Subarkah
Warga memindai QR Barcode untuk membayar zakat di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Kamis (15/10). Masjid Agung Al-Azhar menyediakan fasilitas QRIS untuk mempermudah umat muslim menyalurkan zakat melalui aplikasi digital. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga memindai QR Barcode untuk membayar zakat di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Kamis (15/10). Masjid Agung Al-Azhar menyediakan fasilitas QRIS untuk mempermudah umat muslim menyalurkan zakat melalui aplikasi digital. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republika bersama praktisi akuntansi, Absar Jannatin, menggelar workshop Masjid Go Digital bertema "Akuntansi, Profiling Data Jamaah, dan Penerimaan Ziswaf Berbasis Online." Workshop ini bertujuan membantu pengurus masjid agar mampu memanfaatkan teknologi di era digital.

Absar pendiri Institut Akuntansi Masjid (IAM) menyampaikan, telah berkolaborasi bersama Republika sejak tahun 2017. Tujuannya untuk berbagi ilmu kepada umat khususnya kepada pengurus masjid agar bisa beralih dari sistem manual ke sistem berbasis teknologi.

"Sebagus pula masjid ikut mengimplementasikan dan beradaptasi terhadap teknologi digital atau teknologi informasi yang sudah marak dan hampir dipastikan semua kita tidak bisa terlepas dari yang namanya digital," kata Absar saat workshop Masjid Go Digital, Sabtu (17/7).

Ia menilai, sistem keuangan di masjid merupakan suatu hal yang krusial. Sehingga kerap dikritik oleh banyak pihak termasuk oleh jamaah masjid maupun para stakeholder lainnya yang memperhatikan laporan keuangan masjid. 

Maka, menurutnya, masjid perlu beradaptasi dengan teknologi informasi. Terutama dalam hal pembuatan sistem laporan keuangan menggunakan aplikasi. Sehingga laporan keuangannya bisa terbuka bagi publik.

Sehubungan dengan itu, praktisi akuntansi dalam workshop tersebut menjelaskan firman Allah yang menjadi landasan hukum kewajiban untuk melakukan tata kelola keuangan atau akuntansi masjid yang baik dan benar.

"Dalam mencatat transaksi akuntansi keuangan dengan memasukkan sistem tata kelola keuangan masjid atau akuntansi ke dalam masjid salah satu bentuk implementasi ajaran Islam," ujarnya.

Absar menegaskan, masjid perlu akuntansi supaya transparan dan akuntabilitas. Pengurus masjid punya tugas untuk membuat sistem laporan keuangan yang transparansi dan akuntabilitas.

"Mudah-mudahan dengan penggunaan akuntansi yang baik ini masjid bisa transparansi dan akuntabilitas, sehingga diharapkan masjid menjadi pionir bagi organisasi nirlaba lainnya supaya organisasi bisa melakukan pencatatan keuangan yang baik, kemudian melaporkannya dalam standar atau kaidah akuntansi yang berlaku di Indonesia maupun di dunia internasional," ujarnya.

Ia menerangkan, pemanfaatan teknologi ini bertujuan supaya masjid bisa membuat perencanaan penganggaran program masjid dalam kurun waktu satu tahun, dan pengurus masjid dapat membuat catatan akuntansi. Kemudian pengurus masjid dapat menyajikan laporan keuangan masjid yang sesuai standar pelaporan akuntansi, dan pemanfaatan teknologi informasi dengan melakukan pelatihan penggunaan aplikasi akuntansi masjid agar memudahkan pengurus masjid dalam melakukan pencatatan pelaporan keuangan masjid sesuai standar. 

"Tidak ada profesionalisme tanpa akuntabilitas, dan tidak ada akuntabilitas tanpa sistem," jelas Absar. 

Di forum yang sama, Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtaji, mengatakan, biasanya pelatihan akuntansi masjid sebelum pandemi Covid-19 memakan waktu cukup lama. Karena didalamnya ada pemberian teori dan praktik langsung.

"Acara ini (masjid go digital) kami adakan dalam rangka memberikan pengetahuan dan membantu masjid untuk memudahkan membuat laporan keuangan atau laporan akuntansi keuangan masjid," jelasnya.

Ia menerangkan, biasanya masjid ada yang masih menggunakan buku untuk membuat laporan keuangan. Dikhawatirkan ketika musim hujan, masjid bocor, terendam air atau buku catatannya hilang. Sehingga tidak mungkin bisa membuat laporan yang valid tentang keuangan masjid.

"Untuk latihan akuntansi masjid ini menggunakan software, ada aplikasi yang memungkinkan pencatatan laporan keuangan masjid secara digital, sehingga pengurus masjid bisa mencatat laporan keuangan masjid menggunakan gawai atau laptop," ujarnya. 

Hasan mengatakan, ketika catatan keuangan sudah tersimpan di aplikasi ini, akan memudahkan untuk siapa saja memantaunya. Sehingga dana yang masuk dan keluar dari masjid tidak hanya diketahui oleh pengurus masjid. Sehingga meningkatkan kesadaran jamaah untuk lebih banyak berdonasi melalui masjid.

"Dengan begini membuat laporan keuangan masjid menjadi transparan dan akuntabel, ini menjadikan masjid lebih terbuka," kata Hasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement