Rabu 21 Jul 2021 19:41 WIB

Mengapa Disebut Hari Tasyriq Tanggal 11-13 Dzulhijjah?

Bangsa Arab mengenal budaya tasyriq untuk pengolahan daging

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Bangsa Arab mengenal budaya tasyriq untuk pengolahan daging. Ilustrasi daging qurban
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Bangsa Arab mengenal budaya tasyriq untuk pengolahan daging. Ilustrasi daging qurban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Idul Adha merupakan hari raya yang sangat istimewa, yaitu keterikatannya yang kuat dengan syariat haji. Tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah kerap dinamakan dengan hari Tasyriq.

Mengapa dinamakan hari Tasyriq? Pendakwah, Ustadz Rafiq Jauhary, menjelaskan penamaan tiga hari yang diharamkan berpuasa itu.  

Baca Juga

Menurut Ustadz Rafiq yang merupakan alumnus Darul Hadits Al-Ghomidy, Awaly, Makkah ini, para ulama mengenalkan asal-usul istilah tasyriq kepada umat Islam dengan beberapa pendapat. 

Pendapat pertama menjelaskan bahwa dinamakan Tasyriq karena pada hari sebelumnya (10 Dzulhijjah) umat Islam bersama-sama menjalankan sholat Idul Adha dqi waktu setelah matahari terbit (syuruq). 

Pendapat kedua, menjelaskan bahwa di antara kebiasaan masyarakat Arab zaman dahulu adalah mengawetkan daging qurban dengan cara menjemur sehingga menjadi daging kering, di Indonesia proses ini hampir sama dengan membuat dendeng. 

"Proses menjemur ini dikenal dengan nama tasyriq, karena daging-daging akan dimiringkan ke arah timur (syarqun) seiring matahari terbit," katanya. 

Sementara itu, hari nafar yaitu 12 dan 13 Dzulhijjah. Istilah ini lebih sering digunakan dalam praktik penyelenggaraan haji. 

Nafar artinya membubarkan diri, dinamakan dengan ini karena pada hari tersebut jamaah haji diperbolehkan untuk keluar dari Mina untuk kembali ke kediamannya masing-masing. 

Seorang yang keluar dari Mina pada 12 Dzulhijjah sebelum maghrib dia telah mengambil waktu nafar awal, sedangkan yang menunda hingga 13 Dzulhijjah dia telah mengambil waktu nafar tsani.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement