Kamis 22 Jul 2021 17:24 WIB

Kairo Lama Pernah Sengaja Dibakar Era Fatimiyah, Mengapa?

Pembumihangusan Kairo Lama era Fatimiyah hanya menyisakan Masjid Amr bin Ash

Rep: Alkhaledi Kurnialam / Red: Nashih Nashrullah
Pembumihangusan Kairo Lama era Fatimiyah hanya menyisakan Masjid Amr bin Ash. Ilustrasi Kota Kairo lama
Foto: medievalists.net
Pembumihangusan Kairo Lama era Fatimiyah hanya menyisakan Masjid Amr bin Ash. Ilustrasi Kota Kairo lama

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Sejarah mencatat bahwa pada 64 Masehi terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan kota Roma. Peristiwa yang terjadi atas perintah pemimpin saat itu, Nero, demi membuka Kota Roma baru. 

Namun sejarah mencatat tidak hanya Kota Roma yang pernah mengalami kejadian serupa. Kota Fustat di Mesir juga pernah sengaja dibakar pemimpin saat itu.  

Baca Juga

Kebakaran ini terjadi pada akhir kekhalifahan Fatimiyah pada 1168 masehi. Diyakini, jika bukan karena kebakaran ini, sekarang akan ada berbagai monumen di Fustat yang awalnya dibangun Amr ibn Ash setelah penaklukan Mesir pada 641 Masehi. 

Kota Fustat tercatat sejarah adalah kota utama Mesir dan pusat kegiatan ekonomi, industri, dan kegiatan ilmiah. Sementara Kairo adalah pusat pemerintahan Fatimiyah, pusat administrasi dan politik negara, dan benteng utama penyebaran dakwah Ismailiyah, dan kedua kota tersebut merupakan kota besar Mesir di era Fatimiyah. 

 

Namun menjelang akhir era Fatimiyah, Fustat dihancurkan serangan pembakaran pada 1168 masehi atas perintah Menteri Shawar. Kejadian itu berlangsung lebih dari 54 hari dan orang-orang Fustat terpaksa mengungsi ke Kairo.

Pada akhir era Fatimiyah, Mesir memang mengalami masa keruntuhan besar akibat runtuhnya Dinasti Fatimiyah dan lemahnya para khalifah yang terakhir, khalifah Fatimiyah Al Adid Billah, yang mengambil alih kekuasaan. Adanya perseteruan antarmenteri membuat kondisi semakin memburuk.

Sementara khalifah Al Adid berdiri sebagai penonton berkomplot melawan salah satu dari mereka di satu waktu dan kemudian berbalik melawan dia di lain waktu.

Konflik antara pangeran juga mencapai klimaksnya ketika Shawar mengambil keuntungan dari keserakahan Tentara Salib di Mesir dan keinginan mereka untuk mendirikan kekuasaan Tentara Salib di dalamnya. Jadi dia menawarkan kepada Tentara Salib agar mendukungnya melawan Dergham dengan imbalan membayar mereka sepertiga dari pendapatan Mesir.  

Kendati sudah ada perjanjian, Amore, Raja Tentara Salib Yerusalem, memanfaatkan kesempatan ini dan menggiring pasukannya ke Mesir. Dia  mengklaim bahwa Shawar belum membayar pajak yang telah disepakati kepadanya. Karena panik, Shawar meminta bantuan Pangeran Nur al-Din Mahmoud untuk menyelamatkannya dari Tentara Salib kali ini.

Nur al-Din yang sudah menyadari permainan Shawar dan minatnya pada kepentingan pribadinya di atas kepentingan negara memutuskan untuk menyingkirkannya. 

Jadilah Shawar tersadar bahwa dia menghadapi dua pasukan, Tentara Salib dan tentara Nuruddin Mahmud. Dia yang putus asa menghadapi keduanya dan tahu bahwa kerajaannya akan segera berlalu, melanjutkan untuk bermain di kedua sisi dengan membayar sepertiga dari hasil (produk domestik bruto) Mesir ke Nur al-Din Mahmud untuk melindunginya dari Tentara Salib. Pada saat yang sama, dia juga memperingatkan Amory bahwa tentara Nur al-Din akan datang untuk memerangi pihaknya.

Shawar juga memutuskan untuk membakar Kairo Lama (Fustat) untuk menghalangi masuknya Tentara Salib ke Kairo, dan memerintahkan orang-orang Mesir (Al Fustat) untuk meninggalkan rumah dan toko mereka dan pindah ke Kairo yang dibangun Al Muiz. 

Dia membakar seluruh Fustat, dan kobaran api menyala di kota tersebut selama 54 hari dan asap terlihat hingga perjalanan tiga hari. Saat ini hanya Masjid Amr Ibn Ash yang tidak hilang, sementara monumen lain hilang.  

Sumber: Youm7 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement