Selasa 27 Jul 2021 18:58 WIB

KH Saleh Darat, Guru Pesantren-Pesantren (II-Habis)

KH Saleh Darat dijuluki sebagai guru pesantren-pesantren.

Ilustrasi Pesantren
Foto: Republika/ Wihdan
Ilustrasi Pesantren

IHRAM.CO.ID, Suatu hari, KH Saleh Darat berjumpa dengan Mbah Hadi Girikusumo di Mekkah. Sosok ini merupakan pendiri Pesantren Girikusumo yang berlokasi di Demak, Jawa Tengah. Betapa bangganya Mbah Hadi melihat pencapaian yang telah diraih KH Saleh selama di Tanah Suci.

KH Saleh pun diajaknya untuk pulang demi mengembangkan dakwah dan pendidikan agama di Tanah Air. Sayang sekali, yang diajaknya ini masih terikat kontrak mengajar di Masjid al-Haram sehingga hampir tidak mungkin diizinkan pergi oleh penguasa Haramain.

Baca Juga

Mbah Hadi ternyata tidak menyerah. Dia kemudian menculik" KH Saleh untuk ke mudian disertainya keluar dari Arab dengan jalan sembunyi-sembunyi. Tokoh Girikusumo ini mengambil paksa seorang pengajar Masjid al-Haram. Dalam perjalanan, Mbah Hadi dan KH Saleh agaknya baik-baik saja.

Namun, sesampainya di kota transit, Singapura, keadaan mulai gawat. Mbah Hadi ketahuan membawa seseorang tanpa izin resmi. Untung saja, ada para murid Mbah Hadi yang berada di Singapura. Mereka lantas mengumpulkan sejumlah uang untuk menjadi tebusan bagi hak lewat Mbah Hadi dan KH Saleh. Akhirnya, keduanya dapat memasuki wilayah Nusantara dan tiba di Jawa dengan selamat pada 1870 (sumber lain menyebut: 1880).

 

Sejak saat itu, nama KH Saleh begitu masyhur sebagai mahaguru. Banyak para muridnya yang di kemudian hari menjadi ulama besar. Mereka antara lain KH Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Idris (pendiri Pesantren Jamsaren Solo), KH Sya'ban (pakar ilmu falak asal Semarang), KH Munawir (penga suh Pesantren Krapyak Yogyakarta), KH Abdul Wahab Chasbullah (Pesantren Tambakberas Jombang), dan KH Raden Asnawi (Kudus).

Reputasi keilmuan KH Saleh Darat memang luas. Kiprahnya dalam mengembangkan begitu banyak pesantren telah membuatnya menjadi poros ulama di Jawa Tengah. Di luar aktivitas mengajar, dia menulis banyak kitab. Karya-karyanya mengulas beragam topik, terutama tasawuf, kalam, fiqih, dan ilmu falak. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement