Selasa 27 Jul 2021 19:37 WIB

Pembantu PM Israel Kunjungi AS Siapkan Pertemuan

PM Israel Naftali Bennett direncanakan ke AS bertemu Presiden Joe Biden

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Ilustrasi.
Foto: EPA
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV -- Pembantu senior Perdana Menteri Israel Naftali Bennett akan terbang ke Washington pekan depan. Perjalanan ini untuk pertemuan dengan rekan-rekan Amerika Serikat (AS) dalam persiapan untuk kunjungan perdana menteri ke negara itu,

Dikutip dari Times of Israel,  Ketua Dewan Keamanan Nasional Eyal Hulata dan penasihat diplomatik Bennett Shimrit Meir akan bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan koordinator NSC Timur Tengah dan Afrika Utara Brett McGurk.

Baca Juga

Perjalanan itu akan menjadi pertemuan langsung pertama antara para pembantu pemimpin kedua negara. Kontak antara kedua negara sejauh ini dilakukan secara virtual.

Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Israel dan Palestina, Hady Amr, berada di Tel Aviv awal bulan ini. Namun, dia hanya dilaporkan telah bertemu dengan beberapa menteri dan bukan dengan Bennett.

Bulan lalu Presiden AS Joe Biden menyampaikan undangan kepada Bennett untuk mengunjungi Gedung Putih. Tawaran itu disampaikan kepada presiden Israel saat itu, Reuven Rivlin, selama kunjungan.

Akan tetapi, perdana menteri akan mengalami kesulitan meninggalkan Israel sampai Knesset memulai reses musim panasnya pada 8 Agustus, mengingat mayoritas koalisi 61-59 di parlemen. Terbang pada Agustus akan memperumit pertemuan di Capitol Hill karena Kongres AS juga akan reses bulan itu.

Jika Bennett tidak dapat datang ke Washington pada Agustus dan kunjungannya ditunda hingga September, menurut pejabat dari partai Bennett, Yamina, dia dapat mencoba dan memperluas rencana perjalanannya termasuk singgah di New York untuk berpidato di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pejabat Yamina mengakui bahwa perdana menteri menteri juga harus bekerja di sekitar jadwal Gedung Putih yang ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement