Kamis 29 Jul 2021 20:00 WIB

DIY Disorot Luhut, Sebab Tingginya Angka Kematian Diungkap

Dari 34.732 kasus aktif di DIY, hanya 2.115 yang dirawat di rumah sakit.

Pasien Covid-19 menjalani perawatan di tenda darurat khusus Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pasien Covid-19 menjalani perawatan di tenda darurat khusus Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Intan Pratiwi, Silvy Dian Setiawan, Antara

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah provinsi dengan persentase perawatan Rumah Sakit (RS) untuk pasien Covid-19 terendah diantara seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Dalam Rakor Penanganan Covid Daerah Istimewa Yogyakarta, terungkap data bahwa hanya 6,1 persen pasien Covid-19 yang mendapatkan perawatan di RS.

Baca Juga

"Padahal secara umum bisa mencapai sampai 20 persen pasien yang butuh dirawat di rumah sakit, sehingga situasi yang terjadi di DIY bisa menjelaskan mengapa angka kematian itu tinggi," ujar Luhut, Kamis (29/7).

Lebih lanjut, dia pun mengungkapkan bahwa dari 34.732 kasus aktif di DIY, hanya 2.115 yang dirawat di RS. Luhut juga menyebutkan bahwa angka kematian di provinsi itu terus meningkat sejak kapasitas tempat tidur RS (BOR) menembus angka hampir 80 persen.

"Kapasitas RS sudah hampir full. Oleh karena itu, saya minta kepada Pemprov dan Pemkab/Pemkot di DIY agar segera melakukan konversi TT (tempat tidur) non-Covid menjadi Covid di RS," perintahnya.

Dengan konversi tersebut, dia berharap secara keseluruhan angka konversi TT dapat mencapai 50 persen sehingga pasien dengan gejala berat dapat ditangani di RS. Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan, bahwa dia telah mendapatkan laporan dari beberapa RS di Yogyakarta soal tingginya angka kematian pasien yang akhirnya meninggal di RS.

"Saya sudah datang ke DIY dan berbicara dengan teman-teman dokter di DIY, memang banyak yang masuknya sudah dengan saturasi rendah sehingga wafat," tuturnya.

Dengan tingkat saturasi yang rendah itu menurutnya masyarakat Yogyakarta yang sakit itu perlu mendapatkan akses perawatan baik di RS ataupun di fasilitas Isolasi Terpusat (Isoter).

Budi pun mengaku akan segera mengirimkan oximeter ke seluruh Puskesmas di DIY. "Oximeter itu diperlukan untuk melakukan pengukuran saturasi terutama kepada warga yang sedang Isoman agar penanganannya tidak terlambat," bebernya.

Luhut meminta kepada Dandim dan Kapolda di DIY untuk bekerja sama menggiatkan upaya tracing dan testing. "Saya harap dalam beberapa hari kedepan kalian (Kapolda dan Dandim) betul-betul meningkatkan aktivitas testing & tracing sehingga bisa membawa pasien Isoman yang saturasinya mulai memburuk untuk ke fasilitas Isoter atau RS," ujarnya.

Untuk membantu penanganan pasien yang sedang Isoman dan dirawat di RS, Menko Luhut menyebutkan bahwa pemerintah pusat baru saja mengirimkan 150 buah konsentrator oksigen. "Kita juga baru mendapatkan bantuan 10 ISO Tank untuk Oksigen, nanti akan kita deploy (kirim) ke Jogja," imbuhnya.

 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan dua hal untuk mengintervensi penanganan Covid-19 di DIY. Pertama, BNPB membentuk satgas untuk melakukan penebalan tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan di DIY.

"Satgas ini bertugas mengatur isoter serta isoman dan telemedicine termasuk berkoordinasi dengan relawan," jelasnya.

Selain itu, Ganip menyebutkan bahwa BNPB juga mengelola empat Isoter di DIY,  yakni Rusun ASN BBWSO, Rusun Mahasiswa UGM, Rusun Mahasiswa UNY, dan RS Medika Respati. Pada akhir rakor yang juga diikuti oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Menko meminta semua pemangku kepentingan terkait untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan dalam menangani penularan Covid-19 di DIY.

Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mencatat, pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri (isoman) di provinsi itu mencapai 698 jiwa, mulai 1 sampai 27 Juli 2021.

"Pasien yang meninggal dunia saat isoman di rumah mencapai 698 jiwa, sedangkan yang meninggal dunia di rumah sakit sebesar 1.983 jiwa," kata Wakil Komandan TRC BPBD DIY Indrayanto saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (28/7).

Indrayanto menyebutkan angka tersebut mengacu data akumulasi penanganan jenazah dengan protokol Covid-19 dari Posko Dukungan Operasi Penanganan Covid-19 DIY sejak awal Juli 2021. Khusus untuk data pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat isoman, menurut dia, rata-rata sebanyak 30 sampai 40 laporan per hari.

"Laporan dari masyarakat. Biasanya ada warga yang positif kemudian meninggal dunia dan masyarakat tidak berani menyentuh, lalu mereka melapor ke kami untuk evakuasi dan pemulasaraan," ujar dia.

Jumlah pasien isoman yang meninggal dunia, kata dia, mengalami lonjakan jika dibandingkan data laporan pada Juni 2021. "Juni masih sekitar 100-an (meninggal isoman). Juni itu masih angka-angka merangkak menuju naik," kata dia.

Untuk menekan angka kematian pasien isoman tersebut, ia mendorong seluruh warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani isolasi secara terpusat di selter yang telah disediakan pemerintah daerah. Ia menduga tingginya angka kematian pasien isoman tersebut disebabkan akses layanan kesehatan yang minim saat di rumah.

"Kami usulkan semua pasien isoman masuk selter untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Di selter layanan kesehatan, kontrol vitamin, gizi, permakanan sampai aktivitas yang membantu pasien secara psikologi bisa teragendakan dengan baik," ujar dia.

In Picture: PKL Malioboro Kembali Berjualan

photo
Pedagang kaki lima kembali berjualan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (29/7). Pada PPKM level 4 pedagang kaki lima diperbolehkan berjualan kembali. Namun, sepinnya pengunjung mengakibatkan pedagang belum membuka lapak semua. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement