Jumat 30 Jul 2021 20:45 WIB

China dan Taliban Berdialog, Ini Respons AS

China telah mendesak Taliban untuk membuat kemajuan dalam pembicaraan damai.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan taliban di Afghanistan
Foto: VOA
Pasukan taliban di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan, dialog yang dilakukan oleh China dengan delegasi Taliban bisa menjadi hal yang positif.

Sembilan delegasi Taliban telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, di Tianjin pada Rabu (28/7).

Baca Juga

Sebelumnya AS dengan keras pernah menolak upaya China untuk meningkatkan pengaruh mereka di Afganistan. Namun sekarang prioritas Washington adalah untuk mencegah terjadinya perang saudara di Afghanistan, setelah penarikan pasukan asing.

Blinken mengatakan, China memiliki peran yang lebih besar dalam urusan Afghanistan. Menurutnya, hal ini bisa menjadi sesuatu yang positif.   “Negara-negara tetangga Afghanistan memiliki kepentingan di kawasan itu. Tapi mereka tidak ingin ada perang saudara atau Taliban menguasai kawasan itu. Jika China dan negara-negara lain bekerja untuk kepentingan itu, maka itu adalah hal yang positif," ujar Blinken, dilansir The Guardian, Jumat (30/7).

China menyambut perwakilan Taliban pada 2019, dan diperkirakan mempertahankan hubungan tidak resmi dengan kelompok itu melalui sekutunya, Pakistan. Dalam pertempuan dengan delegasi Taliban pada Rabu lalu, Wang mengatakan, penarikan pasukan Amerika dan NATO menandai kegagalan kebijakan AS terhadap Afghanistan.Dia  mendesak Taliban untuk membuat kemajuan dalam pembicaraan damai.

Taliban melancarkan serangan militer pada awal Mei, tepatnya ketika pasukan AS mulai meninggalkan Afghanistan. Sejak itu, mereka menguasai lebih dari setengah pedesaan di Afghanistan, termasuk mengepung dan mengancam kota besar, serta merebut penyeberangan perbatasan utama dengan Iran, Pakistan, dan Tajikistan.

Sebagian besar negara tetangga Afghanistan, termasuk Beijing, senang melihat pangkalan AS dan infrastruktur militer di depan pintu mereka dibongkar. Namun mereka khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement