Senin 09 Aug 2021 05:15 WIB

Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali

Struktur asli masjid ini diyakini telah dibangun sekitar abad ke-13.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali. Masjid Agung Djenne di Mali. Masjid bersejarah ini terbuat dari lumpur.
Foto: Wikipedia
Masjid Agung Djenne, Megah Berbahan Lumpur di Mali. Masjid Agung Djenne di Mali. Masjid bersejarah ini terbuat dari lumpur.

REPUBLIKA.CO.ID, DJENNE -- Jejak peradaban Islam dapat ditemui di tanah Afrika. Salah satu wilayah di Afrika yang pernah menjadi saksi kejayaan peradaban Islam adalah kota Djenne, salah satu kota tertua yang dikenal di sub-Sahara Afrika.

Kota yang berasal dari abad 250 SM itu berkembang sebagai mata rantai penting dalam perdagangan emas trans-Sahara dan kerap digambarkan sebagai 'kota kembar' Timbuktu kuno. Terletak di tepi sungai Bani dan Niger di Mali, masa lalu Djenne mengukir diri dalam sejarah Islam.

Baca Juga

Kota yang terletak di wilayah Pedalaman Delta Niger di Mali tengah ini merupakan pusat penyebaran Islam di Afrika pada abad ke-15 dan ke-16, dan masih menjadi penggambaran arsitektur Islam yang luar biasa di sub-Sahara Afrika.

Dilansir di Middle East Monitor, karakter kota kuno Afrika Barat di kota Djenne ini dibentuk oleh penggunaan tanah yang spektakuler dan rumit dalam arsitekturnya. Kota ini adalah rumah bagi sejumlah besar rumah tanah liat yang menawan yang menyatu dengan alam sekitarnya.

Kota Djenne terkenal dengan arsitektur berlumpurnya, terutama Masjid Raya Djenne, yang menjadi bangunan berbahan tanah lumpur terbesar di dunia. Setiap musim semi, festival yang berlangsung satu hari menyatukan seluruh penduduk kota dalam salah satu pertunjukan paling unik dari perpaduan sosial dan perayaan komunal dari keyakinan dan warisan sejarah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement