Kamis 12 Aug 2021 16:24 WIB

Menlu Jerman: Kami tak akan Beri Satu Sen Pun untuk Taliban

Jerman menegaskan tidak akan mendukung Afghanistan yang dikuasai Taliban.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pejuang Taliban berjaga di sebuah pos pemeriksaan di dalam kota Farah, ibu kota provinsi Farah, Afghanistan barat daya, Rabu, 11 Agustus 2021. Para pejabat Afghanistan mengatakan tiga ibu kota provinsi lagi telah jatuh ke tangan Taliban,
Foto: AP/Mohammad Asif Khan
Pejuang Taliban berjaga di sebuah pos pemeriksaan di dalam kota Farah, ibu kota provinsi Farah, Afghanistan barat daya, Rabu, 11 Agustus 2021. Para pejabat Afghanistan mengatakan tiga ibu kota provinsi lagi telah jatuh ke tangan Taliban,

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN  -- Jerman tidak akan memberikan dukungan keuangan kepada Afghanistan, jika Taliban mengambil alih kekuasaan. Apalagi bila sampai memberlakukan hukum agama seperti terdahulu.

Hal itu ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, Rabu (11/8).

Baca Juga

"Kami menyediakan 430 juta euro setiap tahun, kami tidak akan memberikan satu sen pun jika Taliban mengambil alih negara dan memperkenalkan hukum Syariah," kata Maas.

Sebelumnya intelijen Amerika Serikat (AS) memperkirakan, Taliban dapat merebut ibu kota Afghanistan, Kabul dalam waktu 90 hari. Perkiraan ini muncul setelah Taliban berhasil merebut lebih dari seperempat ibu kota provinsi Afghanistan dalam waktu kurang dari seminggu.

Kelompok ini telah merebut sembilan ibu kota provinsi di Afghanistan sejak Jumat (6/8) lalu. Ibu kota provinsi yang direbut oleh Taliban yaitu Faizabad, Farah, Pul-e-Khumri, Sar-e-Pul, Sheberghan, Aybak, Kunduz, Taluqan dan Zaranj.

Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan kepada Washington Post bahwa, semuanya bergerak ke arah salah. Evaluasi bahwa Kabul bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu cepat ternyata lebih buruk dari yang ditakutkan sebelumnya.  Penilaian intelijen pada Juni memperingatkan bahwa ibu kota Afghanistan dapat jatuh ke tangan Taliban dalam enam bulan.

Presiden AS Joe Biden tidak menyesali keputusannya untuk menarik pasukan Amerika keluar dari Afghanistan. Dia menekankan bahwa, pasukan Afghanistan harus berjuang sendiri untuk negara mereka. "Kami menghabiskan lebih dari satu triliun dolar selama 20 tahun. Kami melatih dan melengkapi peralatan modern kepada lebih dari 300 ribu pasukan Afghanistan. Para pemimpin Afghanistan harus bersatu," ujar Biden, dilansir Aljazirah, Kamis (12/8).

Washington telah berjanji untuk terus mendukung pasukan Afghanistan dengan serangan udara dan dukungan logistik. Tetapi tidak diketahui seberapa besar keterlibatan militer AS dalam upaya untuk melawan serangan Taliban saat ini.

“Kami terus menjaga komitmen untuk memberikan dukungan udara jarak dekat, memastikan bahwa angkatan udara mereka berfungsi dan dapat dioperasikan, memasok pasukan mereka dengan makanan dan peralatan, dan membayar semua gaji mereka,” kata Biden.

Sebuah koalisi internasional pimpinan AS menginvasi Afghanistan pada 2001 sebagai tanggapan atas serangan 9/11 di New York dan Washington. Taliban, yang menguasai Kabul pada saat itu dianggap telah menyembunyikan Pemimpin Alqaidah, Usamah bin Laden. Pasukan Amerika dan sekutu dengan cepat menguasai Kabul dan kota-kota besar lainnya. Namun mereka terus berjuang selama dua dekade untuk mengalahkan pemberontakan Taliban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement