Kamis 12 Aug 2021 21:59 WIB

Anthony Ginting Tetap Bangga Raih Perunggu Olimpiade

Anthony Ginting meraih perunggu tunggal putra pada Olimpiade Tokyo 2020.

Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting usai pengalungan medali bulutangkis tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). Anthony menang atas pemain Guatemala Kevin Cordon dengan skor 21-11, 21-13 dan meraih medali perunggu.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting usai pengalungan medali bulutangkis tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). Anthony menang atas pemain Guatemala Kevin Cordon dengan skor 21-11, 21-13 dan meraih medali perunggu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pebulu tangkis nasional Anthony Sinisuka Ginting mengaku bangga dengan perolehan medali perunggu yang didapat dari Olimpiade Tokyo 2020. Penampilannya akhirnya menyudahi puasa medali tunggal putra sejak 2004.

"Hasil ini pasti sangat berarti dan sangat senang bisa dapat medali. Apalagi ini (Olimpiade) debut saya," kata Ginting dalam keterangan resmi PBSI di Jakarta, Kamis (12/8).

Baca Juga

Ginting sukses membawa medali tunggal putra Olimpiade setelah masa penantian selama 17 tahun yang terakhir kali dicapai Taufik Hidayat yang meraih emas dan Sony Dwi Kuncoro yang mendapat perunggu di Athena pada 2004. Medali yang diamankan Ginting didapat setelah mengalahkan Kevin Cordon dari Guatemala dalam laga penentuan medali perunggu di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo.

Medali ini didapat atlet peringkat lima dunia setelah bertanding selama 38 menit untuk menang 21-11, 21-13. Kemenangan Ginting pada pertemuan perdananya dengan Cordon membuahkan medali kedua bulu tangkis dari Olimpiade Tokyo.

"Semua atlet kan ingin berpartisipasi di Olimpiade, apalagi dapat medali pasti senangnya jadi dua tiga kali lipat, dan ini sangat berarti untuk saya pribadi, keluarga, dan Indonesia," kata Ginting.

Pebulu tangkis jebolan klub SGS PLN Bandung ini menuturkan tekanan saat melawan Cordon terbilang berat karena dia khawatir tidak bisa bermain maksimal mengingat lawannya sedang dalam kondisi terbaik.

"Tegangnya bukan karena kalah dari Chen Long (di semifinal), tapi takut tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaik, tidak bisa main lepas, dan lawannya juga sedang 'on fire' jadi agak tegang. Untungnya saya bisa atasi dengan baik," pungkasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement