REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Prancis mengumumkan pengiriman bantuan ke Aljazair untuk membantu negara di Afrika Utara itu memadamkan kebakaran hutan.
Jumlah korban tewas akibat kebakaran hutan di Aljazair telah bertambah jadi 69 jiwa, menurut seorang pejabat setempat.
"Sedikitnya 69 orang, termasuk 28 tentara dan 41 warga sipil, tewas dalam kebakaran tersebut," kata Abdulkadir Umeyrush, kepala jaksa dewan peradilan Provinsi Tizi Ouzou Utara.
Menurut televisi pemerintah Aljazair pada Rabu pagi (11/8), sebagian besar kematian dilaporkan di Provinsi Tizi Ouzou. Sementara itu, 12 tentara yang dirawat di rumah sakit berada dalam kondisi kritis.
Lewat sebuah pernyataan, Perdana Menteri Aljazair juga mengumumkan bahwa Aljazair sudah menandatangani perjanjian sewa pesawat dengan Uni Eropa untuk mendukung perjuangannya melawan kebakaran. Dua pesawat yang disewa dari UE sebelumnya digunakan dalam operasi pemadam kebakaran di Yunani dan akan digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan di Aljazair mulai Kamis.
Presiden Abdelmadjid Tebboune telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari mulai Kamis. Dalam beberapa hari terakhir, sebanyak 18 provinsi Aljazair dilanda kebakaran hebat yang juga memicu gelombang panas.
Prancis tawarkan dukungan
Prancis telah menyatakan solidaritas dengan Aljazair dan menawarkan dukungan untuk membantu memerangi kebakaran. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa Paris akan mengirim bala bantuan untuk membantu memerangi kebakaran hutan di Aljazair.
"Prancis akan mengerahkan dua pesawat pengebom air Canadair bersama dengan sebuah pesawat komando di Kabylia pada Kamis," kata Macron di Twitter.
“Prancis siap memberikan dukungannya untuk menghadapi situasi ini,” cuit Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian.
Benoit Payan, Wali Kota Marseille, juga menawarkan untuk mengirim tim pemadam kebakaran dan peralatan ke wilayah Kabylia Utara, “jika Aljazair memintanya".
Sejumlah besar penduduk Prancis yang berasal dari Aljazair tinggal di Marseille, Prancis Selatan. Sekitar 13 persen imigran di Prancis, lahir di Aljazair, menurut Institut Statistik dan Studi Ekonomi Nasional Prancis.
*Ditulis oleh Mahmoud Barakat dan Zehra Nur Duz, Shweta Desai turut melaporkan dari Paris
Ikuti Whatsapp Channel Republika
