Jumat 13 Aug 2021 18:05 WIB

Sekjen IYCN Optimistis Ekonomi Indonesia Membaik

Menurut Fadil, pertumbuhan ekonomi RI tertolong mitra dagang AS dan Cina.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. BPS melansir ekonomi RI pada kuartal II tumbuh 7,07 persen.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. BPS melansir ekonomi RI pada kuartal II tumbuh 7,07 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Agustus 2021, merilis data realiasasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 sebesar 7,07 persen year on year (yoy). Capaian itu kian mendorong optimisme semua pihak bahwa Indonesia berhasil keluar dari resesi dan membaik.

Namun demikian, apakah realisasi pertumbuhan tersebut cukup berkualitas?

Sekretaris Jenderal Indonesian Youth Community Network (Sekjen IYCN) Muhammad Fadli Hanafi berpandangan, kinerja ekonomi berkualitas itu dapat ditinjau dari sisi keberlanjutannya (sustainability).

"Ekspor yang tumbuh 31,78 persen (yoy) sebagai salah satu pendorong ekonomi Indonesia sebenarnya tertolong oleh peningkatan kinerja ekonomi negara mitra dagang, seperti Amerika Serikat yang tumbuh 12,2 persen dan Cina yang tumbuh sebesar 7,9 persen," ujar Fadli di Jakarta, Jumat (13/8).

Menurut dia, dari sisi domestik, peningkatan supply dan demand juga ikut meningkat. Hal itu karena adanya pelonggaran kebijakan pembatasan sosial, sehingga konsumsi masyarakat ikut meningkat sebesar 5,93 persen (yoy). Pun dengan investasi juga naik 7,54 persen (yoy).

"Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa konsumsi (dari sisi pengeluaran) memberikan kontribusi tertinggi, sebesar 52,9 persen terhadap PDB (produk domestik bruto). Peningkatan aktivitas ekonomi ini juga ditandai oleh meningkatnya realisasi PPh 21 sebesar kurang lebih 5 persen dan PPN sebesar kurang lebih 8 persen," ucap Fadli.

Dia menegaskan, semua itu dikarenakan ekonomi perlahan mulai berputar akibat pelonggaran kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat. Dengan beberapa indikator tersebut, kata Fadli, jika kinerja negara mitra dagang kembali terkontraksi akibat varian baru Covid-19, bukan tidak mungkin kinerja ekonomi Indonesia melambat, bahkan terkontraksi kembali.

"Ditambah lagi dalam dua bulan terakhir kita melaksanakan bahkan terkontraksi kembali. Secara struktur ekonomi, besarnya kontribusi konsumsi dalam ekonomi Indonesia mengindikasikan perlunya segera ekonomi kembali berputar untuk menjaga momentum positif ini," ucap Fadli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement