Kamis 19 Aug 2021 01:04 WIB

Anggota Taliban yang Kagum Lihat Perubahan Afghanistan

Kebanyakan anggota Taliban belum pernah melihat suasana kota besar.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
 Kelompok Taliban berada di Zona Hijau, tempat sebagian besar Kedubes berada di Afganistan. Kantor Kedubes tersebut sebagian besar sudah kosong setelah Taliban menguasai wilayah-wilayah Afganistan. Taliban menyebut sebagai pemenang perang yang sudah berjalan selama 20 tahun.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Kelompok Taliban berada di Zona Hijau, tempat sebagian besar Kedubes berada di Afganistan. Kantor Kedubes tersebut sebagian besar sudah kosong setelah Taliban menguasai wilayah-wilayah Afganistan. Taliban menyebut sebagai pemenang perang yang sudah berjalan selama 20 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Taliban telah menguasai Ibu Kota Kabul, Afghanistan dan sejumlah kota-kota besar lainnya di negara tersebut. Fakta tersebut membuat kelompok Taliban siap kembali mengambil alih pemerintahan, setelah 20 tahun berlalu.

Namun, nampaknya Taliban, yang selama ini melakukan perlawanan secara gerilya terhadap pasukan pemerintah republik cukup terpesona oleh bangunan-bangunan yang ada setelah mereka meninggalkan kekuasaan pada 2001 lalu. Ada apartemen yang menjulang tinggi, gedung perkantoran modern, dan pusat perbelanjaan, yang dibuat tanpa kontribusi dari kelompok ini.

Baca Juga

Salah satu dari anggota Taliban, Ezanullah mengatakan bahwa dirinya berasal dari pedesaan dan untuk pertama kalinya datang ke Kabul. Ia bahkan merasa seperti mimpi bisa melihat bagaimana megahnya bangunan-bangunan di kota tersebut, termasuk dengan jalan-jalan beraspal.

“Saya tidak ingin pergi dari sini. Saya berencana bertanya kepada komandan saya apakah bisa tetap tinggal,” ujar Ezanullah, dilansir ABC News, Rabu (18/8).

Apa yang diungkapkan Ezanullah menyoroti seberapa banyak Kabul dan kota-kota Afghanistan lainnya telah berubah dalam 20 tahun terakhir sejak Taliban, yang sebagian besar anggotanya berasal dari daerah pedesaan, terakhir memerintah negara itu. Seluruh generasi Afghanistan telah menjadi dewasa di bawah modernisasi, pemerintah yang didukung negara-negara Barat.

Kekhawatiran secara luas telah melanda dengan Taliban yang kembali berkuasa. Secara khusus, tak sedikit yang prihatin jika kemajuan yang sudah dicapai Afghanistan selama berada dalam pemerintahan yang modern harus kembali mundur.

Baca juga : Kelompok Aliansi Utara Siap Melawan Taliban

Ribuan orang di Afghanistan telah berbondong-bondong ke bandara di Kabul, mencoba melarikan diri, kebanyakan dari mereka adalah pria tanpa ditemani keluarga. Pemuda Afghanistan tidak memiliki ingatan tentang pemerintahan Taliban. Meski demikian, mereka takut kembalinya kelompok ini untuk memimpin negara adalah berarti hilangnya kebebasan.

Saat memerintah pada 1996 hingga 2001, Taliban memberlakukan interpretasi keras hukum Islam. Saat itu, terdapat aturan yang memungkinkan adanya eksekusi publik, rajam, hingga perempuan yang harus mengenakan burka, tidak diizinkan bekerja, dan anak perempuan juga tidak boleh pergi bersekolah secara umum. Sementara, bagi laki-laki tak boleh mencukur janggut.

Sebagian besar anggota Taliban berasal dari pedesaan konservatif Afghanistan. Namun, kelompok ini mengisyaratkan akan mulai melakukan moderasi, mulai dari menawarkan amnesti kepada orang-orang yang memerangi mereka, mengatakan akan menghormati perempuan untuk bekerja dan berjanji untuk memulihkan kehidupan normal setelah beberapa dekade perang.

Tetapi banyak orang Afghanistan, terutama perempuan, tetap sangat skeptis terhadap niat dari Taliban. Apakah kelompok ini benar-benar telah berubah atau tidak, bagaimapun negara yang sekarang mereka kuasai adalah beberapa tahun cahaya di depan negara yang pernah mereka pimpin pada 1996, setelah empat tahun perang saudara setelah penarikan Uni Soviet dan runtuhnya pemerintah pro-komunis tersebut pada 1992.

Baca juga : Kencan Terlarang tak Terhenti Gara-Gara Pandemi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement