Rabu 18 Aug 2021 21:36 WIB

Erdogan Klaim Turki Mandiri dalam Industri Pertahanan

Ekspor industri pertahanan Turki capai 3 miliar dolar AS dari hanya 250 juta dolar AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di depan Parlemen Siprus Turki, di Nicosia, Siprus, Senin, 19 Juli 2021.
Foto: Turkish Presidency via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato di depan Parlemen Siprus Turki, di Nicosia, Siprus, Senin, 19 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, negara itu termasuk di antara tiga atau empat negara secara global yang merancang, memproduksi, dan menjual kendaraan udara nirawak atau drone bersenjata. Erdogan menyebut Turki dinilai tidak hanya mandiri dalam hal industri pertahanannya, tetapi juga berbagi pengetahuannya dengan rekan dan sekutunya.

Klaim Erdogan itu disampaikan di Pameran Industri Pertahanan Internasional (IDEF) yang merupakan salah satu acara pertahanan global terbesar di dunia, Selasa (17/8). Dia mengatakan Ankara senang berbagi semua sarana dan kemampuan industri pertahanannya dengan teman dan sekutunya.

Baca Juga

Erdogan juga menggarisbawahi dengan berfokus pada industri pertahanan, Turki bertujuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh pemasok global serta embargo terselubung dan terbuka.

"Sebagai negara yang ditinggalkan pada saat-saat paling kritis dalam perang melawan terorisme dan tidak dapat memperoleh produk apa pun yang dibutuhkannya saat perbatasannya terancam, kami terpaksa mengambil langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri dengan cepat," ujarnya.

Dikutip dari Anadolu Agency, Erdogan menuturkan negara itu menggunakan proyek dan produknya untuk mengamankan perbatasannya. Produk tersebut bertujuan untuk menciptakan zona keamanan di wilayahnya dengan operasi lintas batas.

"Jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang," kata Erdogan yang menyatakan kutipan itu sebagai filosofi industri pertahanan Turki.

Erdogan menyebut peralatan bersenjata yang dikembangkan Turki tidak akan dan tidak pernah digunakan untuk menyerang wilayah jauh hanya dengan alasan memerangi terorisme. "Mentalitas yang melihat setetes minyak lebih berharga daripada setetes darah tidak memiliki nilai di dunia kita," ujarnya.

"Selain memenuhi kebutuhan saat ini di industri pertahanan, kami berinvestasi dalam teknologi masa depan. Kami memproduksi proyek ambisius, terutama di bidang kendaraan darat, udara, dan laut, yang bekerja berdasarkan kecerdasan buatan," kata Erdogan.

Presiden Turki ini percaya,  pembentukan iklim perdamaian, stabilitas, dan kepercayaan di kawasan  dan di dunia bergantung pada pembentukan keseimbangan yang adil dalam industri pertahanan. "Sebagai anggota terkemuka NATO, pakta pertahanan terbesar di dunia, kami percaya kontribusi kami terhadap perdamaian regional dan dunia akan meningkat seiring kami mengembangkan industri pertahanan nasional kami," katanya.

Industri pertahanan Turki secara signifikan mengurangi ketergantungan pada asing. Erdogan mengatakan, sementara hanya ada 62 proyek industri pertahanan di negara itu pada 2002, sekarang ada 750.

Anggaran proyek-proyek ini menggelembung dari 5,5 miliar dolar AS menjadi lebih dari 75 miliar dolar. Sementara jumlah perusahaan pertahanan tumbuh dari 56 menjadi 1.500, dengan pendapatan melonjak dari hanya satu miliar dolar AS menjadi 11 miliar dolar AS.

“Industri pertahanan kita sekarang memiliki produk-produk uniknya sendiri dalam berbagai macam berkat kontraktor utamanya, yang termasuk dalam 100 besar dunia, ditambah subkontraktor dengan kemampuan canggih, UKM, lembaga penelitian dan universitas,” ujar Erdogan.

Ekspor industri pertahanan negara itu juga mencapai tiga miliar dolar AS dari hanya 250 juta dolar AS. "Salah satu faktor di balik keberhasilan ini adalah anggaran yang dialokasikan oleh sektor penelitian dan pengembangan (R&D) meningkat dari 49 juta dolar AS menjadi lebih dari 1,5 miliar dolar AS," kata Erdogan.

sumber : https://www.aa.com.tr/en/turkey/turkey-among-top-3-4-armed-drone-making-countries-worldwide-president/2338101
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement