Kamis 19 Aug 2021 13:26 WIB

Mengapa Syiah Menganggap Penting Peringatan Asyura?

Asyura jatuh pada 10 Muharram.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Seorang petugas polisi berjaga-jaga selama bulan suci Muharram, bulan pertama dalam Kalender Islam, di Peshawar, Pakistan, 17 Agustus 2021. Pengikut Syiah sedang menjalankan bulan suci Muharam, klimaks Muharram tercapai pada hari kesepuluh dengan menandai festival Asyura, memperingati kesyahidan Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad, dalam pertempuran Karbala, Irak, pada abad ketujuh.
Foto: EPA-EFE/BILAWAL ARBAB
Seorang petugas polisi berjaga-jaga selama bulan suci Muharram, bulan pertama dalam Kalender Islam, di Peshawar, Pakistan, 17 Agustus 2021. Pengikut Syiah sedang menjalankan bulan suci Muharam, klimaks Muharram tercapai pada hari kesepuluh dengan menandai festival Asyura, memperingati kesyahidan Imam Hussain, cucu Nabi Muhammad, dalam pertempuran Karbala, Irak, pada abad ketujuh.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN—Hari ke-10 Muharram atau dikenal dengan Asyura merupakan hari yang menandai peristiwa syahidnya cucu Nabi Muhammad,  Hussein dan para sahabatnya dalam perang Karbala. Sehingga, hari ini merupakan peringatan yang penting bagi umat Syiah, setiap Muharram.

Pengikut Syiah di seluruh dunia mengadakan upacara berkabung untuk Imam Husein, yang biasanya berlanjut hingga tanggal 11 atau 12 Muharram, di beberapa daerah, hingga akhir bulan Safar (bulan berikutnya). 

Baca Juga

Hari Asyura adalah puncak dari berkabung dan dijadikan hari libur resmi di Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan, dan India. Bagi Syiah, tanggal 10 Muharram adalah hari di mana Hussein bin Ali, cucu Nabi dari putrinya Fatimah dan menantunya Ali, dan sebagian besar sahabat setianya disyahidkan oleh pasukan Umayyah dalam Pertempuran Karbala. 

Di setiap acara peringatannya, pengkhutbah akan menceritakan kehidupan Imam Hussein (SAW) dan sejarah pertempuran, dan membacakan puisi memperingati Imam Hussein dan kebajikannya.

 

Dari malam pertama Muharram, umat Syiah mulai berkabung dan berlanjut selama sepuluh malam, mencapai puncaknya pada Hari Asyura. 

Beberapa hari terakhir hingga dan termasuk Hari Asyura adalah yang paling penting karena ini adalah hari-hari di mana Imam Husein dan keluarga serta pengikutnya, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua, kekurangan air selama berhari-hari. Imam Hussein dan 72 pengikutnya juga sempat dijadikan martir oleh tentara Yazid I pada Pertempuran Karbala. 

Asyura tidak hanya terbatas pada umat Islam dan diperingati oleh pengikut agama dan kepercayaan lain di dalam dan di luar Iran. Hari ini adalah simbol kebenaran, martabat, kejujuran, tidak mementingkan diri sendiri, dan integritas. Asyura melambangkan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, kebajikan, dan kejahatan. Tragedi itu ditandai, antara lain, untuk terus-menerus menyampaikan pesan bahwa kalah jumlah tidak diperhitungkan dalam hal yang benar melawan yang salah.

Tahun ini, Pada Muharram ini,  orang-orang menunjukkan kesedihan mereka dengan mengenakan pakaian hitam terutama pada Hari Asyura. Jalan-jalan juga diselimuti bendera dan spanduk hitam.

Pengikut Syiah di Iran menjalankan beberapa ritual selama Muharram termasuk, berkumpul di jalan-jalan dan berbaris dalam prosesi panjang dan memukuli dada mereka, menyiapkan makanan untuk orang miskin, serta menghadiri Ta'ziyeh yang merupakan semacam teater jalanan dengan kostum yang terinspirasi oleh peristiwa sejarah yang terjadi dalam pertempuran Karbala.

Akibat merebaknya virus corona, upacara berkabung Muharram tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Markas Besar Penanggulangan dan Pencegahan Coronavirus Nasional, semua lembaga keagamaan dan Huseiniyah di seluruh negeri harus mematuhi protokol kesehatan dan jarak sosial.

Sumber

https://en.mehrnews.com/news/177469/Shia-Muslims-hold-mourning-rituals-on-Day-of-Ashura

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement