Sabtu 21 Aug 2021 01:53 WIB

Rawdah Mohamed, Model Hijab Pertama yang Jadi Editor Vogue

Pencapaiannya menjadi editor pertama yang berhijab melewati banyak tantangan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Rawdah Mohamed
Foto: Vogue
Rawdah Mohamed

IHRAM.CO.ID, LONDON – Rawdah Mohamed adalah wanita Muslim yang melarikan diri dari Somalia dan menjadi pengungsi di Norwegia. Dia masih ingat saat kecil banyak temannya yang mengejek lantaran Mohamed mengenakan jilbab.

Kini, Mohamed berusia 29 tahun dan bekerja sebagai editor di majalah mode Vogue Scandinavia. Pencapaiannya menjadi editor pertama yang mengenakan jilbab di majalah mode barat tentu harus melewati banyak tantangan.

Kembali ke masa lalu, Mohamed menceritakan kisah hidupnya selama ia menjadi pengungsi di Norwegia. Dia dan keluarganya terpaksa melarikan diri dari perang saudara Somalia dan Kenya saat dia masih bayi.

“Selama dua tahun kami tinggal di kamp suaka yang terletak di kota kecil Norwegia. Hidup saya saat itu sangat sulit karena orang-orang di sana sangat rasis. Mereka tidak ingin ada pengungsi karena mereka pikir kami berbahaya dan kami ada di sana untuk mengambil pekerjaan mereka,” kata Mohamed, dilansir Arab News, Jumat (20/8).

Selama dua tahun, dia diintimidasi karena mengenakan jilbab. Kerap kali anak-anak lain melepas jilbabnya di kelas. Alih-alih membela Mohamed, sang guru malah tidak mengizinkan Mohamed mengenakan jilbab di sekolah.

Kondisi tersebut membuat Mohamed kesal dan trauma. Dia merasa seolah-olah semua orang bebas kecuali dirinya di Norwegia, negara yang ia harap bisa mendapatkan kebebasan.

Mohamed mengatakan kehidupannya membaik pada usia sepuluh tahun setelah keluarganya meninggalkan kamp dan diberi hak untuk tetap tinggal di Norwegia. “Ketika kami pindah, saat itulah masa kanak-kanak saya yang sebenarnya dimulai karena kami aman dan memiliki alamat tetap, tempat permanen yang bisa kami sebut rumah. Ibu saya sangat senang karena semua anaknya aman dan kami memiliki makanan dan semua yang kami butuhkan,” jelas dia.

Meskipun tidak tinggal lama di Somalia, Mohamed mengaku alasan kecintaannya pada mode berasal dari Somalia. Sebab, cara berpakaian orang-orang Somalia sangat berwarna. Sejak kecil, Mohamed sering menemani ibunya ke pasar atau pernikahan untuk melihat pakaian yang orang kenakan.

Setiap Jumat, dia menghadiri kelas agama dan belajar Alquran. Gadis-gadis akan berdandan dan Mohamed kecil suka mengamati gaya mereka dengan iri. “Di kamp pengungsi di Kenya, hanya gadis remaja yang mengenakan jilbab. Saya suka meniru apa yang mereka kenakan dan bagaimana mereka berbicara dan berjalan. Mereka akan mengenakan aksesoris dan itu sangat stylish,” ujar dia.

Ketika dewasa, dia terjun dalam bidang mode bersama temannya. Pada akhir tahun 2018, dia pergi ke peragaan busana di Oslo dan bertemu dengan manajernya. Tahun 2019, Mohamed memutuskan untuk mulai karirnya sebagai model.

Sebagai model berjilbab, Mohamed harus melewati segelintir tantangan. Misal, selalu memastikan fotografer dalam sesi pemotretan harus memahami pandangan dan integritas agamanya.

“Jika fotografer meminta Anda untuk melakukan pose tertentu yang tidak nyaman bagi Anda atau mungkin sisi seksualnya, Anda harus mengatakan bahwa Anda tidak dapat. Ada tanggung jawab ekstra menjadi model berjilbab. Jika gambar-gambar itu dicetak, Anda yang akan mendapat reaksi keras,” kata dia.

Awal tahun ini, Mohamed mendapatkan posisi editor mode Norwegia Vogue Scandinavia. Sebagai editor, pekerjaan Mohamed adalah menulis artikel tentang fashion, melakukan styling, menghadiri dan meninjau fashion show, membuat video, dan bekerja di media sosial.

Saat ditanya apa yang dia persiapkan untuk masa depan, Mohamed mengatakan dia tidak terlalu khawatir tentang hal itu dan suka menjadi orang yang berjiwa bebas. “Saya selalu menyukai hidup saya apa adanya. Saya suka sangat lancar dengan itu dan memastikan saya bersenang-senang,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement