Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Hindari 5 Bahaya Lisan

Agama | Sunday, 22 Aug 2021, 04:38 WIB

Banyak nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia, salahsatunya adalah lidah/ lisan. Dengan memilikinya manusia bisa menikmati citarasa makan yang enak, dan dengan lisan manusia bisa berbicara, bernyanyi, melantunkan ayat suci dan sebagainya.

Namun terkadang lisan bisa menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan dan melakukan hal yang melanggar ketentuan agama. Dalam Al-Qur`an Allah SWT berfirman:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS.Al Isra: 53)

Apabila seseorang menggunakan lisannya untuk hal-hal yang tidak dibenarkan, akan dapat menyebabkan perpecahan, perselisihan, menyakiti hati orang lain, bahkan mencelakakan diri sendiri.

Islam mengajarkan agar lisannya tidak menyakiti orang lain, sebab bila seseorang tersakiti hatinya sepanjang hayat akan sulit terhapus dari dalam dirinya.

Nabi Muhammmad SAW bersabda, yang artinya:

Dari Abdullah bin `Amr, Nabi Muhammad SAW beliau bersabda,”Seorang Muslim adalah seseorang yang orang lain selamat (tidak tersakiti) oleh lisan dan tangannya.” (HR.Al-Bukhari).

Agar kita bisa menghindarinya, kita perlu mengenal beberapa bahaya lisan yang harus dihindari:

1. Berdusta

Hadits tentang larangan berbohong dan perintah berbuat jujur diriwayatkan oleh banyak sekali ahli hadits, diantaranya Bukhari, Muslim, Abu Dawud, AL Baihaqi, Ibnu Hiban dll, yang berbunyi:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Artinya: Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta (berbohong), karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (PEMBOHONG).’” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At -Tirmidzi, Al-Baihaqi, Ibnu Hiban)

Dari keterangan hadits tersebut jelas bahwa apabila kita berdusta akan membawa kepada dusta berikutnya untuk menutupi kebohongannya. Dengan berdusta bisa menyeret kepada kejahatan dan mengantarkannya kepada neraka.

1. Bercanda yang berlebihan dan berbicara yang tdak perlu

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. (QS.Al-Mu`minun: 3)

Ayat tersebut menerenanngkan salah satu golongan yang dijanjikan akan masuk ke surga Firdaus, yaitu orang-orang yang menghindari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.

Islam mengajarkan bahwa menjaga lisan dan berkata yang tidak perlu merupakan amal sangat mulia. Sebab semakin banyak orang berbicara semakin besar peluang berkata salah.

Nabi Muhammad bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq`alaih)

2. Berbantahan

Islam mengajarkan umatnya suka beramal bukan suka bicara apalagi berdebat.

Apabila kita ingin menyampaikan kebenaran adalah dengan cara yang santun bukan dengan perdebatan. Sesungguhnya perdebatan tidak akan membawa kepada kebenaran namun akan menimbulkan rasa sakait hati bagi yang kalah berdebat.

Dari Abi Umamah ia berkata. Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah tersesat suatu kaum, sesudah mereka menddapatkan petunjuk, kecuali kalau mereka gemar berdebat.” (HR.At-Tirmidzi)

3. Menghina, mencaci maki, berkata jorok

Akhlak buruk dari lisan adalah menghina kepada orang lain dalam bentuk mencaci dan berkata jorok.

Dia menganggap dirinya yang paling baik, paling benar. Menganggap orang lain lebih remeh disbanding dirinya, sehingga terkadang dia tidak mampu memposisikan sebagai pihak yang dicaci atau direndahkan.

Banyak terjadi di lingkungan pergaulan bahkan di kantor, orang yang suka membully orang lain dengan kata-kata menyinggung perasaan bahkan menyakiti hati. Namun orang yang tidak melandasi diri dengan iman akan menganggap itu hal biasa, lumrah dan tidak berdosa. Padahal kalau dia sebagai pihak yang dicaci, dibully dia tidak akan mungkin melakukan seperti itu.

Sesungguhnya kehormatan seseorang akan terlihat dari perkataannya. Orang jawa memiliki kata bijak, “Ajining dhiri gumantung obahing lathi.”

Yang maknanya seseorang itu terhormat/bernilai atau tidak tergantung bagaimana ucapan yang keluar dari mulutnya.

Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(QS.Al-Hujurat: 11)

1. Ghibab dan namimah

Ghibbah adalah menggunjing atau membicarakan keburukan orang lain, sedangkan Namimah adalah mengadu domba dan menyebar permusuhan. Keduanya perbuatan dosa yang dicela dalam Islam.

Bahkan Allah SWT memberi perumpaaan mereka seakan memakan bangkai saudaranya sendiri.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (QS.Al Hujurat: 12)

Dan karena buruknya namimah Rasulullah SAW mengancam pelakunya tidak akan masuk surga.

Dari Hudzaifah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Tidak akan masuk surga orang yang senang mengadu domba.” (HR.Muslim)

Perpecahan, permusuhan, perselisihan banyak terjadi di lingkungan kita, salah satunya disebabkan karena masih banyak orang yang ghibah dan namimah.

Islam mengajarkan mengajarkan untuk menutup aib atau kekurangan, bukannya menjadikan bahan olok-olok, candaan, bahan bully-an yang justru menimbulkan rasa sakit hati. Akan lebih bijak dinasehati baik-baik bukan dngan menyebar kekurangannya kepada pihak lain.

Akhirnya, marilah kita jaga nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita berupa nikmat lisan dengan berkata baik, tidak menyakiti orang lain, agar kita senantiasa terjaga dari panasnya api neraka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image