REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Achmad Rifai
Bagi sebagian orang pasti sudah pernah atau bahkan sering menginap di hotel. Pasti sudah tidak asing lagi dengan tata cara menginap di hotel dari awal pemesanan atau reservasi, sampai proses check out. Bahkan dalam dunia digital yang semakin canggih hadir, pemesanan atau booking tidak perlu dilakukan di tempat, namun cukup dengan menggunakan aplikasi pada smartphone.
Bisnis perhotelan berkembang begitu pesat, khususnya yang berlokasi di tempat wisata. Mulai dari hotel biasa, menengah sampai hotel bintang lima. Dengan meningkatnya jumlah hotel dan dibarengi dengan diskon yang menggiurkan dari kerja sama antara hotel dan pihak layanan jasa aplikasi, membuat persaingan semakin ketat.
Persaingan yang ketat juga mendorong pihak hotel melakukan berbagai inovasi baik dari segi produk, pelayanan prima dan peningkatan fasilitas yang dimiliki, serta promo-promo yang tidak lazim. Banyak hotel yang dijual akibat imbas dari persaingan karena tidak dapat bertahan dengan persaingan harga.
Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang baik dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan, khususnya dalam strategi pemasaran agar dapat mencapai target yang dituju.
Untuk membantu membuat strategi pemasaran, dosen Universitas Nusa Mandiri (UNM) melakukan penelitian menggunakan teknik data mining dengan metode K-medoids. Metode k-medoids ini digunakan untuk mengetahui pola transaksi konsumen hotel dari masing-masing negara.
Data mining merupakan proses yang menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning, untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi informasi yang bermanfaat dan pengetahuan yang terkait dari berbagai database besar.
Sedangkan, sumber data pola transaksi konsumen hotel didapat dari repository website www.kaggle.com dengan berbagai atribut di antaranya country, market segment, reserved room type, assign room type, booking changes, deposite type dan lain-lain.
Data pola transaksi konsumen hotel yang telah dilakukan proses preparation, selanjutnya diolah dengan menggunakan aplikasi rapid miner dengan membagi data tersebut menjadi tiga cluster (k), sehingga membentuk hasil cluster dalam bentuk scatter plot.
Cluster pertama diambil dari asal negara, hal ini tercermin dari gaya hidup masyarakat suatu negara pasti berbeda dengan negara yang lain. Cluster kedua adalah dari segmentasi pasar yang menginap. Di mana semakin muda usia konsumen, maka akan semakin besar kemungkinan memilih kamar yang standar. Kemudian, cluster ketiga yang dipilih adalah jenis kamar, hal ini dipertimbangkan karena konsumen yang menginap di hotel, biasanya mempertimbangkan harga kamar.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan pada 8.705 transaksi pemesanan hotel, maka menghasilkan tiga cluster dengan cluster pertama terdiri dari 2.343 record transaksi, cluster kedua terdiri dari 1.833 record transaksi, dan cluster ketiga terdiri dari 4.530 record transaksi.
Jumlah pemesanan hotel terbanyak terdapat pada cluster tipe kamar yang bisa dijadikan barometer utama dalam menentukan strategi pemasaran.
Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa tipe kamar menjadi faktor penting konsumen dalam memilih penginapan pada hotel. Sehingga, perlu manajemen yang baik dalam menyediakan kamar yang sesuai dengan permintaan pasar. Hal tersebut berbanding lurus dengan harga yang ditawarkan oleh pihak hotel dalam menentukan tipe kamar yang sesuai dengan segmen pasar dan gaya hidup setiap negara.
Dengan kata lain, metode k-medoids dalam bidang ilmu data sains dapat membantu pihak pengelola hotel dalam menyusun strategi pemasaran berdasarkan data yang telah diuji dalam penelitian ini.
*)Penulis adalah dosen Universitas Nusa Mandiri, Prodi Informatika.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
