Senin 23 Aug 2021 20:54 WIB

APBI Komitmen Penuhi dan Dukung DMO Batu Bara untuk PLN

APBI menilai program DMO batu bara membantu menjaga pasokan listrik

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) berkomitmen untuk tetap mendukung program Domestic Market Obligation (DMO). Langkah ini dilakukan untuk menjaga pasokan listrik di Indonesia.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Sejumlah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) berkomitmen untuk tetap mendukung program Domestic Market Obligation (DMO). Langkah ini dilakukan untuk menjaga pasokan listrik di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI) berkomitmen untuk tetap mendukung program Domestic Market Obligation (DMO). Langkah ini dilakukan untuk menjaga pasokan listrik di Indonesia.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menjelaskan meski kemarin sempat ada isu soal kelangkaan pasokan batu bara, namun kata Hendra perusahaan batu bara semua berkomitmen untuk menjaga pasokan untuk PLN."Tentu saja kami berkomitmen untuk terus mendukung program DMO ini untuk Indonesia," ujar Hendra kepada Republika, Senin (23/8).

Hendra menjelaskan jika kemarin ada masalah soal kendala pasokan sebenarnya itu hanya terjadi di beberapa perusahaan saja. Meski memang kata Hendra dari sisi pasokan sangat bergantung dari sisi logistik dan kontrak.

Pertama, dari sisi kontrak ada kontrak pembelian batu bara yang memang masing masing perusahaan punya spesifikasi masing masing. "Kontraktual ini kan misalnya pasokan untuk PLTU yang satu dengan yang lainnya berbeda jumlah dan kebutuhannya. Jadi nanti baru dihitung secara prosentase," ujar Hendra.

Disatu sisi, kendala yang memang umum sedang dihadapi oleh para perusahaan batubara hari ini adalah pengadaan kapal. Pengadaan kapal hari ini kata Hendra memang tidak mudah. Sebab, beberapa pengusaha kapal lebih memilih untuk mengangkut komoditas lain yang lebih menguntungkan.

"Karena soal ketersediaan kapal ini tidak bisa kita kontrol kan. Kita sudah janji, pasokan sudah ada. Tapi ternyata gak ada kapal buat ngangkut. Ini yang kerap kali jadi kendala," ujar Hendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement