Selasa 24 Aug 2021 12:12 WIB

Misbahul Munir: Jangan Berdakwah dengan Menghina Agama Lain

Jangan sampai berdakwah dengan menjelekkan, menghina atau menistakan agama lain

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Dakwah (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Dakwah (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Aswaja Center Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Misbahul Munir, menerangkan prinsip berdakwah berdasarkan ajaran Islam. Menurutnya berdakwah tujuannya harus karena Allah SWT.

Kiai Misbah mengatakan, dalam Islam berdakwah itu tujuannya karena Allah SWT. Mengajak umat kepada Allah SWT agar umat mendapatkan ridho-Nya. Ia menambahkan, prinsipnya dakwah itu dengan cara-cara yang terbaik.

"Ajaklah mereka dengan hikmah, hikmah itu artinya ilmu pengetahuan, (ajak mereka dengan) nasihat yang baik, kalau terjadi adu argumentasi maka lakukan dengan yang terbaik, tunjukan akhlak kita bagaimana berdialog dengan santun, ini prinsip dakwah," kata Kiai Misbah kepada Republika, Selasa (24/8).

Ia mengingatkan, jangan sampai berdakwah dengan menjelekkan, menghina atau menistakan Tuhan orang lain dan agama orang lain. Kalau berdakwah dengan menghina Tuhan atau agama orang lain, maka mereka akan membalasnya dan melakukan hal bodoh yang sama.

Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menerangkan, di dalam Alquran sudah diingatkan agar Muslim tidak menghina Tuhan dan agama orang lain. Dilarang menghina terhadap ideologi orang lain karena mereka akan lebih kacau lagi saat membalas hinaan tersebut.

"Kita sadar mana yang benar dan salah, jadi tidak usah ada paksaan (dalam beragama) kalau kita sudah menyampaikan kebenaran, dijelaskan dalam Alquran tidak ada paksaan dalam beragama, kita hanya menyampaikan kebenaran dengan cara-cara terbaik," ujar Kiai Misbah.

Mengenai ujaran kebencian dan penghinaan yang disampaikan dalam berbagai cara dan kanal, Kiai Misbah mengatakan, itu ranahnya penegak hukum. Di Indonesia masih ada penegak hukum dalam hal ini kepolisian dan sebagainya.

Ia mengatakan, bila berdakwah dilakukan dengan prinsip-prinsip tersebut, maka terjadilah kebersamaan di dalam berbangsa dan bernegara. Masyarakat menjalani kehidupan sampai kematian dengan damai, tanpa ada ketakutan agama atau keyakinan diganggu.

"Setelah itu kita mati, kita akan bertanggung jawab di hadapan Allah," jelas Kiai Misbah.

Kiai Misbah juga menganalogikan berdakwah dengan berjualan. Kalau berjualan, maka tidak usah menjelek-jelekan jualan orang lain karena ini cara berjualan yang salah.

"Tunjukan akhlak kita baik dengan perkataan maupun perbuatan, maka masyarakat akan menilai, ini yang benar dan ini yang baik, jadi Islam menjadi mayoritas di Indonesia karena disampaikan dengan cara yang santun, dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement